Rabu, 19 November 2025

Murianews, Grobogan – Tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Ngembak, Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah diperkirakan hanya bisa bertahan tiga tahun lagi. Karenanya, dibutuhkan sistem pengelolaan sampah agar TPA Ngembak mampu dimanfaatkan optimal.  

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Grobogan Mokamat menjelaskan, TPA Ngembak hanya bisa bertahan dalam tiga tahun ke depan apabila tidak dilakukan pengelolaan sampah dengan baik.

Karenanya, ke depan pengelolaan sampah di TPA Ngembak akan menggunakan sistem refuse derived fuel (RDF). Yakni, pengolahan sampah yang menghasilkan bahan bakar atau bahan baku.

”TPA hanya bertahan tiga tahun kalau tidak dikelola. Nantinya, pengelolaan sampah akan semi modern, sistem RDF. Insyaallah sampah nanti akan jadi berkah, tidak dibuang begitu saja. Misalnya diolah menjadi bahan bakar atau bahan bangunan seperti semen,” katanya, Sabtu (14/10/2023). 

Meski demikian, pengelolaan semi modern itu tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Paling cepat, pengusulan anggarannya baru bisa dilakukan pada 2025 atau 2026 mendatang. 

”Tidak mungkin di tahun 2024. Kemungkinan nanti 2025 atau 2026, masih kita bicarakan pendanaannya,” imbuhnya. 

Mokamat mengatakan, butuh biaya yang besar untuk mewujudkannya. Sebagai contoh, pembangunan TPA di Cilacap menelan anggaran lebih dari Rp 50 miliar.

Dia memaparkan, potensi sampah di Grobogan dalam sehari mencapai 600 ton. Meski, hingga kini yang masuk ke TPA Ngembak hanya sekitar 70-80 ton saja. 

Potensi sampah yang besar itu sudah semestinya mampu dimanfaatkan dengan pengelolaan yang modern. Bila tidak, maka TPA Ngembak akan penuh dalam waktu tiga tahun mendatang. 

”Potensi sampah sangat besar. Kalau tidak diolah, tiga tahun sudah penuh. Sampah itu kan hanya 15 persen yang menjadi residu, selebihnya bisa diolah,” tandasnya. 

Editor: Ali Muntoha

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler