Kamis, 20 November 2025

Murianews, Grobogan – Masyarakat Dusun Medang, Desa Banjarejo, Gabus, Grobogan, Jawa Tengah menggelar tradisi ”perang” dawet, Jumat (3/11/2023). Tradisi unik ini dilakukan sebagai wujud permohonan agar hujan segera turun di wilayah setempat.

Tradisi yang digelar setiap kemarau panjang ini dilangsungkan di pasujudan Ajisaka. Bagi warga setempat, Ajisaka dianggap sebagai leluhur.

Acara dimulai dengan pembacaan doa oleh sesepuh desa setempat. Saat itu, ratusan warga berteduh di bawah pohon trembesi.

Ratusan warga itu telah menyiapkan dawet yang dibawa dari rumah dengan berbagai wadah. Seperti ember, plastik, tempat air minum hingga plastik.

Usai pembacaan doa, tanpa aba-aba warga langsung berhamburan melempar dawet ke warga lainnya. Pakaian warga pun belepotan terkena dawet.

Juru Kunci Pasujudan Ajisaka Busroni mengatakan, tradisi tersebut digelar untuk memohon kepada Tuhan agar hujan turun. Sebab, kekeringan di wilayah setempat sudah berlangsung berbulan-bulan.

”Tujuan dari tradisi perang cendol ini, yakni memohon kepada Tuhan agar segera menurukan hujan. Cendol dawet dalam tradisi ini hanya merupakan sarana saja,” kata dia.

Busroni mengatakan, kekeringan yang terjadi sudah lebih dari enam bulan. Karenanya, ketersedian air bersih bagi masyarakat setempat semakin menipis.

Lebih lanjut, Basroni menyebut, tradisi perang dawet itu selalu dilakukan saat kemarau panjang melanda. Acara yang selalu diikuti ratusan warga itu digelar pada Jumat Pon.

”Ini inisiatif warga. Sejak saya masih kecil tradisi ini sudah dilakukan. Semoga hujan segera turun di desa kami, sehingga petani bisa cepat bercocok tanam,” imbuhnya.

Editor: Dani Agus

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler