Puisinya Mirip Karya Orang Lain, Penyair Grobogan Klarifikasi
Saiful Anwar
Senin, 29 April 2024 07:29:00
Murianews, Grobogan – Puisi yang dibacakan penyair Grobogan, Jumadi, pada car free day (CFD) di Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah pada Minggu (28/4/2024) kemarin ternyata mirip karya orang lain di internet. Jumadi pun memberikan klarifikasinya.
Puisi yang dibacakan Jumadi itu disinyalir memiliki kemiripan dengan puisi yang diunggah di indonesiana.id, sebuah blog jurnalisme publik milik Tempo. Puisi di blog itu berjudul “Bunga Liar Rimba Papua” dan tertulis karya Bedauma. Puisi diunggah pada 11 Juli 2023, pukul 16.07 WIB.
Sementara itu, puisi yang dibacakan Jumadi pada CFD kemarin berjudul “Bunga Liar Kendeng”. Saat ditanya, Jumadi mengaku bahwa puisi itu merupakan karyanya.
Berikut ini puisi berjudul “Bunga Liar Rimba Papua” yang dimuat di indonesiana.id.
Akulah bunga liar yang tumbuh subur di antara semak belukar
Menolak dijinakkan dan diatur oleh apapun. Akulah bunga terakhir yang tersisa, menarik nafas kehidupan leluhur yang mengalir dalam nadiku.
Seperti angin yang berbisik lembut diantara pepohonan, aku membisikkan rahasia alam pada siapa yang bersedia mendengar. Kata-kataku adalah sejuta rasa dan cerita. Dalam kemuraman pikiran yang terikat kapitalisme yang rakus, aku adalah suara yang menggema.
Akulah bunga liar yang tumbuh diantara reruntuhan bertahan dan berkembang di dalam cengkraman penindasan. Tumbuh tanpa tata aturan orang lain, dan menemukan kekuatan dalam keunikan diri sendiri.
Akulah bunga liar, symbol kebebasan di rimba, yang mengajarimu keadilan, kebijaksanaan dan marivat, agar kapitalisme tak menghisap nafas alam yang murni, dan penindas tak merampas budaya yang bernyawa.
Akulah bunga liar yang tersisa. Jangan biarkan kerakusan kapitalisme merengut keindahanku, dan jangan biarkan penindas mengambil alih identitasku.
Rimba Papua, 2023
Karya Bedauma
Berikut ini kutipan puisi Jumadi berjudul “Bunga Liar Kendeng”.
Akulah bunga liar yang tumbuh subur di semak-semak belukar pegunungan Kendeng
Menolak dijinakkan dan diatur oleh sistem yang memaksa
Akulah bunga terakhir yang tersisa, menghela napas kehidupan leluhur yang mengalir dalam urat-uratku
Seperti angin yang berbisik di antara pohonan aku membisikkan rahasia alam kepada siapa yang bersedia mendengar
Kata-kataku adalah sejuta rasa dan cerita dalam kerumunan pikiran yang terikat, kapitalisme dan kolinialisme yang rakus
Aku adalah suara yang menggema
Akulah bunga liar yang tumbuh di antara reruntuhan
Bertahan dan berkembang di dalam cengkreman penindasan
Tumbuh tanpa tata aturan orang lain dan menemukan kekuatan dalam keunikan diri sendiri
Akulah bunga liar yang tumbuh pamrih di hamparan hijau
Memberi kehidupan, keseimbangan dan keindahan secara Cuma-Cuma
Akulah bunga liar dari pegunungan kendeng
Simbol kebebasan di rimba yang mengajarimu keadilan dan kebijaksanaan
Agar kapitalisme yang menghisap napas alam yang murni dan kolonialisme yang merampas budaya dan nyawa
Akulah bunga liar yang terus bersemi tak terbelenggu oleh tanah yang dijualbeli dalam kepolosanku
Aku bertahan kuat menghindari godaan dunia yang rakus yang terbuai
Akulah bunga sisa, jangan biarkan kerakusan kapitalisme merusak keindahanmu
Dan jangan biarkan kolonialisme mengambil alih identitasku
Gunung Kendeng, 17 April 2024
Terkait puisi yang mirip itu, Jumadi mengaku baru tahu setelah Murianews.com mengiriminya link puisi yang diunggah di indonesiana.id itu.
Menurutnya, puisi yang dibacakannya itu pernah diunggah di akun Facebook-nya yang sudah di-hack orang. Puisi itu kemudian diganti tahunnya.
”Iya kok sama ya, padahal aku gak tau itu. Gimana nih. Itu dulu ada di akun Leo Junaidi, kemarin cuma saya rubah tahunnya. (Leo Junaidi) akun saya sebelum tahun 2016,” kata Jumadi, Minggu (28/4/2024) malam.
Namun kemudian saat ditegaskan apakah ada kemungkinan karya di indonesiana.id yang justru meniru puisi bikinannya, Jumadi mengaku tidak mengetahui. Dia malah menegaskan bahwa saat pembacaan di CFD kemarin dirinya tidak menyebutkan puisi itu karyanya.
”Gak tau, tapi ya biarkan saja. Toh dalam pembacaan tidak saya sebut karya saya,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Jumadi mengaku sudah lupa kapan persisnya karya itu dibuat. Saat ditegaskan lagi terkait kemungkinan penulis di indonesiana.id menyalin karya miliknya atau sebaliknya, dia justru meminta agar berita yang ditayangkan Murianews.com yang memuat dirinya membaca puisi itu diturunkan.
”Ah biarkan saja, aku sudah lupa. Kalau aku dianggap copas ya hapus saja,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Jumadi membacakan puisinya di CFD dalam rangka memperingati wafatnya penyair legendaris Chairil Anwar. Hari wafanya sang penyair kebetulan jug ditetapkan sebagai “Hari Puisi Nasional”.
Reporter: Saiful Anwar



