Jumat, 21 November 2025

Murianews, Grobogan – Puisi yang dibacakan penyair Grobogan, Jumadi, pada car free day (CFD) di Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah pada Minggu (28/4/2024) kemarin ternyata mirip karya orang lain di internet. Jumadi pun memberikan klarifikasinya.

Puisi yang dibacakan Jumadi itu disinyalir memiliki kemiripan dengan puisi yang diunggah di indonesiana.id, sebuah blog jurnalisme publik milik Tempo. Puisi di blog itu berjudul “Bunga Liar Rimba Papua” dan tertulis karya Bedauma. Puisi diunggah pada 11 Juli 2023, pukul 16.07 WIB.

Sementara itu, puisi yang dibacakan Jumadi pada CFD kemarin berjudul “Bunga Liar Kendeng”. Saat ditanya, Jumadi mengaku bahwa puisi itu merupakan karyanya.

 Berikut ini puisi berjudul “Bunga Liar Rimba Papua” yang dimuat di indonesiana.id.

Akulah bunga liar yang tumbuh subur di antara semak belukar

Menolak dijinakkan dan diatur oleh apapun. Akulah bunga terakhir yang tersisa, menarik nafas kehidupan leluhur yang mengalir dalam nadiku.

Seperti angin yang berbisik lembut diantara pepohonan, aku membisikkan rahasia alam pada siapa yang bersedia mendengar. Kata-kataku adalah sejuta rasa dan cerita. Dalam kemuraman pikiran yang terikat kapitalisme yang rakus, aku adalah suara yang menggema.

Akulah bunga liar yang tumbuh diantara reruntuhan bertahan dan berkembang di dalam cengkraman penindasan. Tumbuh tanpa tata aturan orang lain, dan menemukan kekuatan dalam keunikan diri sendiri.

Akulah bunga liar, symbol kebebasan di rimba, yang mengajarimu keadilan, kebijaksanaan dan marivat, agar kapitalisme tak menghisap nafas alam yang murni, dan penindas tak merampas budaya yang bernyawa.

Akulah bunga liar yang tersisa. Jangan biarkan kerakusan kapitalisme merengut keindahanku, dan jangan biarkan penindas mengambil  alih identitasku.

Rimba Papua, 2023

Karya Bedauma 

 

Berikut ini kutipan puisi Jumadi berjudul “Bunga Liar Kendeng”.

Akulah bunga liar yang tumbuh subur di semak-semak belukar pegunungan Kendeng

Menolak dijinakkan dan diatur oleh sistem yang memaksa

Akulah bunga terakhir yang tersisa, menghela napas kehidupan leluhur yang mengalir dalam urat-uratku

Seperti angin yang berbisik di antara pohonan aku membisikkan rahasia alam kepada siapa yang bersedia mendengar

Kata-kataku adalah sejuta rasa dan cerita dalam kerumunan pikiran yang terikat, kapitalisme dan kolinialisme yang rakus

Aku adalah suara yang menggema

Akulah bunga liar yang tumbuh di antara reruntuhan

Bertahan dan berkembang di dalam cengkreman penindasan

Tumbuh tanpa tata aturan orang lain dan menemukan kekuatan dalam keunikan diri sendiri

Akulah bunga liar yang tumbuh pamrih di hamparan hijau

Memberi kehidupan, keseimbangan dan keindahan secara Cuma-Cuma

Akulah bunga liar dari pegunungan kendeng

Simbol kebebasan di rimba yang mengajarimu keadilan dan kebijaksanaan

Agar kapitalisme yang menghisap napas alam yang murni dan kolonialisme yang merampas budaya dan nyawa

Akulah bunga liar yang terus bersemi tak terbelenggu oleh tanah yang dijualbeli dalam kepolosanku

Aku bertahan kuat menghindari godaan dunia yang rakus yang terbuai

Akulah bunga sisa, jangan biarkan kerakusan kapitalisme merusak keindahanmu

Dan jangan biarkan kolonialisme mengambil alih identitasku

Gunung Kendeng, 17 April 2024

Terkait puisi yang mirip itu, Jumadi mengaku baru tahu setelah Murianews.com mengiriminya link puisi yang diunggah di indonesiana.id itu.

Menurutnya, puisi yang dibacakannya itu pernah diunggah di akun Facebook-nya yang sudah di-hack orang. Puisi itu kemudian diganti tahunnya.

”Iya kok sama ya, padahal aku gak tau itu. Gimana nih. Itu dulu ada di akun Leo Junaidi, kemarin cuma saya rubah tahunnya. (Leo Junaidi) akun saya sebelum tahun 2016,” kata Jumadi, Minggu (28/4/2024) malam.

Namun kemudian saat ditegaskan apakah ada kemungkinan karya di indonesiana.id yang justru meniru puisi bikinannya, Jumadi mengaku tidak mengetahui. Dia malah menegaskan bahwa saat pembacaan di CFD kemarin dirinya tidak menyebutkan puisi itu karyanya.

”Gak tau, tapi ya biarkan saja. Toh dalam pembacaan tidak saya sebut karya saya,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Jumadi mengaku sudah lupa kapan persisnya karya itu dibuat. Saat ditegaskan lagi terkait kemungkinan penulis di indonesiana.id menyalin karya miliknya atau sebaliknya, dia justru meminta agar berita yang ditayangkan Murianews.com yang memuat dirinya membaca puisi itu diturunkan.

”Ah biarkan saja, aku sudah lupa. Kalau aku dianggap copas ya hapus saja,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Jumadi membacakan puisinya di CFD dalam rangka memperingati wafatnya penyair legendaris Chairil Anwar. Hari wafanya sang penyair kebetulan jug ditetapkan sebagai “Hari Puisi Nasional”.

Reporter: Saiful Anwar

 

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler