Kamis, 20 November 2025

Murianews, Grobogan – Sebanyak 92 warga Grobogan, Jawa Tengah idap penyakit epilepsi atau ayan. Rinciannya, 58 orang laki-laki dan sisanya perempuan.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 16 orang merupakan pengidap baru, rinciannya 11 laki-laki dan 5 perempuan.

Data tersebut diungkapkan Subandi, Sub Koordinator Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, Rabu (3/7/2024).

Ia mengatakan, data tersebut didapatkan dari 30 puskesmas yang tersebar di Kabupaten Grobogan.

Subandi menjelaskan, pengidap epilepsi harus melakukan kontrol kesehatan secara intensif untuk meminimalisir kejadian yang berisiko tinggi.

’’Kalau pengidap penyakit epilepsi rutin kontrol, sangat dimungkinkan kekambuhan tidak kembali terjadi,’’ katanya.

Ia mengungkapkan, epilepsi bukanlah penyakit yang menular, apalagi penyakit gangguan jiwa. Epilepsi terjadi karena adanya kerusakan jaringan pada otak.

Penyakit ini cukup sulit disembuhkan karena dapat kambuh kembali. Pemicu kekambuhan, bisa jadi dari beberapa faktor.

’’Kekambuhan bisa terjadi karena pengidap stres, kecapaian, atau sesuatu yang lain menyebabkan pikirannya capek dapat kambuh lagi,’’ bebernya.

Epilepsi merupakan kasuistis, sehingga kekambuhan tidak dapat diprediksi. Selain itu, setiap orang memiliki kondisi tubuh yang berbeda.

Namun, dengan pegobatan secara rutin, dapat memberikan efek yang baik bagi pengidapnya.

’’Obat-obat itu dapat menstabilkan kerusakan jaringan otak yang mengakibatkan epilepsi. Sehingga saraf-saraf yang rusak dapat distabilkan melalui upaya rutin konsumsi obat,’’ imbuhnya.

Subandi mengatakan, epilepsi bisa sembuh melalui operasi. Namun, tindakan medis seperti demikian masih sangat sulit dilakukan. Apalagi, SDM atau dokter spesialis epilepsi sangat minim saat ini.

Sementara itu, terkait kemungkinan pengidap epilepsi berujung depresi hingga bunuh diri, sepengetahuannya hanya kasus di Desa Karangasem, Kecamatan Wirosari, pada Selasa (2/7/2024) kemarin.

’’Untuk kasus bunuh diri diduga karena epilepsi baru yang kemarin di Wirosari. Selain kejadian itu belum pernah ada. Kemungkinan ada faktor lain (tidak hanya epilepsi), seperti ekonomi ataupun masalah keluarga,’’ tandasnya.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler