Hadir dikesempatan itu, tim perumus logo dan tagline Kabupaten Grobogan, di antaranya Prof Sahid Teguh Widodo dan Prof Diah Kristina dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Dalam kesempatan itu, Sahid Teguh menjelaskan, ’’gumreget’’ memiliki makna kehendak untuk bertindak dan kemauan kuat melakukan sesuatu. Dalam seni, berarti menyatunya hati, pikiran, dan tindakan.
Sedangkan ’’gumregah’’ mengandung arti bangkit, atau menjadi bangkit. Kata ini juga dimaknai sebuah gerakan dan perubahan dari yang rendah menuju ke tempat posisi yang lebih tinggi.
Sedangkan ’’Gumregut’’ mengandung makna aktivitas yang melibatkan usaha mental dan fisik yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau hasil.
’’tagline ’Gumreget, Gumregah, Gumregut’ disingkat ’Triple G’ merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan secara makna,’’ kata Sahid.
Ketiga yang menyatu menjadi representasi dari cara tim memandang dan mengeksplorasi berbagai bahan hingga wujud menjadi logo dan tagline Grobogan.
Murianews, Grobogan – Tagline baru untuk branding Grobogan akhirnya telah disetujui, Senin (18/11/2024). Itu terungkap dalam rapat yang membahas branding Grobogan di ruang rapat Bupati Grobogan.
Hadir dikesempatan itu, tim perumus logo dan tagline Kabupaten Grobogan, di antaranya Prof Sahid Teguh Widodo dan Prof Diah Kristina dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Adapun tagline baru Grobogan yang telah disetujui yakni, ’’Gumreget, Gumregah, Gumregut’’.
Dalam kesempatan itu, Sahid Teguh menjelaskan, ’’gumreget’’ memiliki makna kehendak untuk bertindak dan kemauan kuat melakukan sesuatu. Dalam seni, berarti menyatunya hati, pikiran, dan tindakan.
Sedangkan ’’gumregah’’ mengandung arti bangkit, atau menjadi bangkit. Kata ini juga dimaknai sebuah gerakan dan perubahan dari yang rendah menuju ke tempat posisi yang lebih tinggi.
Sedangkan ’’Gumregut’’ mengandung makna aktivitas yang melibatkan usaha mental dan fisik yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau hasil.
’’tagline ’Gumreget, Gumregah, Gumregut’ disingkat ’Triple G’ merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan secara makna,’’ kata Sahid.
Ketiga yang menyatu menjadi representasi dari cara tim memandang dan mengeksplorasi berbagai bahan hingga wujud menjadi logo dan tagline Grobogan.
Pro Kontra
Dalam pertemuan itu juga turut ditunjukkan beberapa alternatif logo yang menyertai tagline tersebut.
Ada logo menyerupai lingkaran yang dibentuk sedemikian rupa menjadi serupa huruf G, kemudian logo seperti nyala api, tetesan air, hingga kubus.
Berbagai respon pro dan kontra pun turut muncul dalam pertemuan itu. Salah satu kritik datang dari Ketua Lesbumi Grobogan, Kiai Rohib Sumowijoyo.
Dia memandang ’’Gumregah’’ yang sudah dipakai menjadi tagline Kecamatan Wirosari terkesan kurang kreatif. Selain itu, dia juga mengusulkan agar pada logo terdapat unsur api Pepali Ki Ageng Selo.
Namun, terkait itu dibantah dengan tegas Prof Sahid Teguh. Dia menyebut, tagline ’’Wirosari Gumregah’’ juga merupakan hasil pemikirannya beberapa tahun silam.
Selain itu, ’’Wirosari Gumregah’’ baru sebatas tagline yang tertulis di Pasar Wirosari, belum didaftarkan di Kemenkumham.
Kepala Bappeda Grobogan Afi Wildani menyatakan, meski hadirin secara umum sudah menyetujui tagline, namun untuk logo masih perlu ada penyesuaian.
Menurutnya, setidaknya masih akan digelar satu kali pertemuan sehingga seluruh perwakilan komunitas masyarakat menyetujui tagline dan logo secara final.
Editor: Zulkifli Fahmi