Dia memaparkan, gas tersebut terbentuk dari aktivitas biogenik. Namun demikian, sifatnya temporer dan bisa padam kapan saja.
”Gas ini terbentuk dari aktivitas biogenik, aktivitas bakteri, kemudian mendekomposisi dari jasad tumbuh-tumbuhan hingga menjadi gas rawa. Sifatnya dangkal dan temporer. Bisa setiap saat padam,” kata dia.
Meski demikian, kata Sinung, bila potensi gas tersebut cukup besar, masyarakat bisa memanfaatkannya. Hal itu seperti yang terjadi di Desa Rajek, Kecamatan Godong.
Sinung mengatakan, pihaknya masih akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait fenomena tersebut. Yakni, apakah gas dengan nyala api itu benar-benar gas rawa atau bukan.
Murianews, Grobogan – Bekas sumur bor yang mengeluarkan gas di Desa Mlilir, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah akhirnya ditutup. Sebab, gas tersebut dinilai membahayakan.
Kades Mlilir Hambali menjelaskan, penutupan dilakukan karena di sekitar semburan gas tersebut terdapat tempat pendidikan bagi anak-anak. Sehingga, dikhawatirkan dapat membayakan anak-anak tersebut.
”Sekarang ditutup, karena di situ banyak anak-anak. Ada TK (taman kanak-kanak),” katanya, Jumat (22/11/2024).
Hambali menambahkan, apabila hendak dimanfaatkan, titik semburan gas itu bisa dibuka kembali. Namun, hingga kini pihaknya belum memiliki rencana memanfaatkan gas yang diduga gas rawa tersebut.
”Kalau mau dimanfaatkan bisa dibuka lagi. Belum (ada rencana pemanfaatannya),” imbuhnya.
Sebagaimana diberitakan, sumur bor yang muncul gas menggegerkan warga sekitar. Cabang Dinas Energi, Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Kendeng Selatan pun langsung menyambangi lokasi.
Kasi Energi Cabang Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto menjelaskan, sumur bor yang gagal itu selama ini memang mangkrak karena tidak muncul air. Warga baru mengetahui sumur bor itu muncul gas pada akhir pekan lalu saat melihat sampah yang terbakar.
Sinung menjelaskan, gas tersebut disinyalir merupakan gas rawa yang memang sering muncul di kawasan Api Abadi Mrapen. Untuk diketahui, jarak Desa Mlilir ke Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong sekitar 7 kilometer.
Dia memaparkan, gas tersebut terbentuk dari aktivitas biogenik. Namun demikian, sifatnya temporer dan bisa padam kapan saja.
”Gas ini terbentuk dari aktivitas biogenik, aktivitas bakteri, kemudian mendekomposisi dari jasad tumbuh-tumbuhan hingga menjadi gas rawa. Sifatnya dangkal dan temporer. Bisa setiap saat padam,” kata dia.
Meski demikian, kata Sinung, bila potensi gas tersebut cukup besar, masyarakat bisa memanfaatkannya. Hal itu seperti yang terjadi di Desa Rajek, Kecamatan Godong.
Sinung mengatakan, pihaknya masih akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait fenomena tersebut. Yakni, apakah gas dengan nyala api itu benar-benar gas rawa atau bukan.
Editor: Cholis Anwar