Waka Administratur KPH Purwodadi Toto Suwaranto menjelaskan, pelatihan tersebut digelar dalam rangka Bulan K3 Nasional yang diperingati setiap 12 Januari hingga 12 Februari setiap tahunnya. Selain pengelola wisata hutan, pelatihan juga menyasar petugas lapangan lainnya.
”Dalam rangka peningkatan kapasitas SDM dan juga keselamatan kerja. Pesertanya pengelola wisata di KPH Purwodadi dan petugas kami yang ada di lapangan,” ungkapnya, Jumat (7/2/2025).
Selain teori, mereka juga diajarkan langsung dengan praktek di pelatihan ini. Sehingga, para peserta benar-benar dapat mengetahui apa yang harus dilakukan bila terdapat keadaan darurat.
”Ada teori, materi dan praktek, sehingga bisa diterapkan di lapagnan. Tentunya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” imbuhnya.
Toto mengatakan, ada tiga wisata yang dikelola KPH Purwodadi. Ketiganya yakni Sendang Sinawah di Kecamatan Brati, Sendang Wangi di Kecamatan Ngaringan, dan Air Terjun Widuri di Kecamatan Tawangharjo.
Narasumber dalam pelatihan K3 ini yakni Daru Puji Hidayat dari Dinas Kesehatan Grobogan. Beberapa materi yang diberikannya antara lain yakni mengenai mengenai jalan nafas, pendarahan, hingga pemindahan pasien untuk para pengelola wisata.
Murianews, Grobogan – Para pengelola wisata di hutan wilayah KPH Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah dibekali pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Aula KPH Purwodadi setempat, baru-baru ini. Dengan pelatihan tersebut, diharapkan kemampuan mereka terkait K3 dapat meningkat.
Waka Administratur KPH Purwodadi Toto Suwaranto menjelaskan, pelatihan tersebut digelar dalam rangka Bulan K3 Nasional yang diperingati setiap 12 Januari hingga 12 Februari setiap tahunnya. Selain pengelola wisata hutan, pelatihan juga menyasar petugas lapangan lainnya.
”Dalam rangka peningkatan kapasitas SDM dan juga keselamatan kerja. Pesertanya pengelola wisata di KPH Purwodadi dan petugas kami yang ada di lapangan,” ungkapnya, Jumat (7/2/2025).
Selain teori, mereka juga diajarkan langsung dengan praktek di pelatihan ini. Sehingga, para peserta benar-benar dapat mengetahui apa yang harus dilakukan bila terdapat keadaan darurat.
”Ada teori, materi dan praktek, sehingga bisa diterapkan di lapagnan. Tentunya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” imbuhnya.
Toto mengatakan, ada tiga wisata yang dikelola KPH Purwodadi. Ketiganya yakni Sendang Sinawah di Kecamatan Brati, Sendang Wangi di Kecamatan Ngaringan, dan Air Terjun Widuri di Kecamatan Tawangharjo.
Narasumber dalam pelatihan K3 ini yakni Daru Puji Hidayat dari Dinas Kesehatan Grobogan. Beberapa materi yang diberikannya antara lain yakni mengenai mengenai jalan nafas, pendarahan, hingga pemindahan pasien untuk para pengelola wisata.
Sumbatan Jalan Nafas...
”Sumbatan jalan nafas, dapat terjadi secara total maupun parsial. Sumbatan total bisa terjadi seperti ketika tersedak, sedangkan sumbatan parsial bisa karena cairan atau lidah,” ujar Daru.
Daru juga menjelaskan mengenai pernafasan yang tidak normal. Ciri-cirinya yakni pernafasan sangat cepat atau sangat lambat. Dalam pelatihan ini para peserta perwakilan pengelola wisata hutan diajarkan cara menanganinya.
”Frekuensi pernafasan normal untuk dewasa 30 kali per menit, sedangkan untuk bayi antara 30-50 kali per menit,” imbuhnya.
Warna kebiru-biruan pada kulit, denyut nadi melambat, usaha bernafas yang berlebihan atau sesak juga menjadi tanda-tanda pernafasan tidak normal. Untuk mengelola pernafasan, bisa dnegan memberikan ventilasi.
Materi lainnya yakni mengenai pendarahan. Daru mengatakan, pendarahan dapat terjadi karena adanya ruda paksa (kekerasan, red) atau trauma dan penyakit. Para pengelola wisata hutan diharapkan bisa menguasai teknik ini.
”Pendarahan ada dua macam, pendarahan luar dan pendarahan dalam. Pendarahan luar itu tampak atau terlihat, sedangkan pendarahan dalam biasanya tidak terlihat, kadang-kadang terlihat di bawah permukaan kulit berupa memar,” bebernya soal pelatihan K3 bagi pengelola wisata hutan ini.
Sementara, terkait pemindahan pasien, pada prinsipnya yakni jangan sampai membuat cedera lebih lanjut pada penderita. Kemudian, jangan dilakukan jika tidak mutlak perlu.
”Lakukan sesuai dengan teknik baik dan benar. Kondisi fisik penolong harus baik dan terlatih,” katanya menjelaskan tentang kegiatan pelatihan K3 bagi para pengelola wisata hutan itu.
Editor: Budi Santoso