Rabu, 19 November 2025

”Sumbatan jalan nafas, dapat terjadi secara total maupun parsial. Sumbatan total bisa terjadi seperti ketika tersedak, sedangkan sumbatan parsial bisa karena cairan atau lidah,” ujar Daru.

Daru juga menjelaskan mengenai pernafasan yang tidak normal. Ciri-cirinya yakni pernafasan sangat cepat atau sangat lambat. Dalam pelatihan ini para peserta perwakilan pengelola wisata hutan diajarkan cara menanganinya.

”Frekuensi pernafasan normal untuk dewasa 30 kali per menit, sedangkan untuk bayi antara 30-50 kali per menit,” imbuhnya.

Warna kebiru-biruan pada kulit, denyut nadi melambat, usaha bernafas yang berlebihan atau sesak juga menjadi tanda-tanda pernafasan tidak normal. Untuk mengelola pernafasan, bisa dnegan memberikan ventilasi.

Materi lainnya yakni mengenai pendarahan. Daru mengatakan, pendarahan dapat terjadi karena adanya ruda paksa (kekerasan, red) atau trauma dan penyakit. Para pengelola wisata hutan diharapkan bisa menguasai teknik ini.

”Pendarahan ada dua macam, pendarahan luar dan pendarahan dalam. Pendarahan luar itu tampak atau terlihat, sedangkan pendarahan dalam biasanya tidak terlihat, kadang-kadang terlihat di bawah permukaan kulit berupa memar,” bebernya soal pelatihan K3 bagi pengelola wisata hutan ini.

Sementara, terkait pemindahan pasien, pada prinsipnya yakni jangan sampai membuat cedera lebih lanjut pada penderita. Kemudian, jangan dilakukan jika tidak mutlak perlu.

”Lakukan sesuai dengan teknik baik dan benar. Kondisi fisik penolong harus baik dan terlatih,” katanya menjelaskan tentang kegiatan pelatihan K3 bagi para pengelola wisata hutan itu.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler