Lebih lanjut, Wahyu mengungkapkan, untuk tanggul tanah harus dimonitoring selama beberapa tahun sekali. Hal itu untuk melihat adanya potensi kebocoran atau longsoran tanggul.
”Harus dipantau setiap 5 tahun apakah ada kebocoran, sleding atau tanggulnya melerek (longsor). Perlu diperbaiki lagi, ada pantauannya,” katanya.
Seperti diberitakan, Desa Baturagung menjadi titik terparah dari dampak tanggul Sungai Tuntang yang jebol, tiga pekan lalu. Puluhan rumah hanyut, puluhan rusak berat, dan ratusan rusak ringan tersapu banjir.
Lumpur-lumpur pun menggunung di jalan hingga jalan ke desa sebelah sempat tak bisa dilintasi. Ratusan warga terpaksa mengungsi di balaidesa dan masjid setempat.
Tanggul jebol lain yang dampaknya parah juga terjadi di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug dan Desa Tinanding, Kecamatan Godong yang berbatasan dengan Demak.
Murianews, Grobogan – Penambalan tanggul jebol di Desa Baturagung, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah mencapai 90 persen hingga Selasa (11/2/2025). BPBD Grobogan memastikan tak akan membangun tanggul beton di titik tersebut.
Pantauan Murianews.com, tampak sejumlah alat berat masih beroperasi di titik tanggul Sungai Tuntang yang jebol tiga pekan lalu. Alat berat juga masih tampak di pemukiman warga meski tidak beroperasi.
Di beberapa titik, masih tampak gunungan lumpur. Namun, saluran air di pemukiman warga tersebut tampak sudah lancar, tidak terganggu lumpur.
Kepala Pelaksana BPBD Grobogan Wahyu Tri Darmawanto menyebutkan, penambalan tanggul jebol di Desa Baturagung dan Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug sudah mencapai 90 persen. Dia mengatakan, prosesnya saat ini hanya penguatan tanggul bagian dalam.
”Tanggul di Baturagung dan Papanrejo sudah 90 persen. Tinggal perapian, finishing. Tinggal perkuatan bagian dalam. Kebetulan barusan tadi siang komunikasi dengan BBWS,” ujar Wahyu dikonfirmasi.
Wahyu menyebut, tanggul tanah juga merupakan tanggul permanen. Namun, memang kekuatannya tidak sama dengan tanggul beton.
”Sebenarnya tanggul dari tanah juga permanen. Jangan berasumsi tanah tidak permanen. Memang usianya berbeda antara tanah dengan tanggul beton. Tanah itu konstruksi tanggulnya dipadatkan, dikuatkan dan perlu pencermatan lebih,” imbuhnya.
Monitoring berkala…
Lebih lanjut, Wahyu mengungkapkan, untuk tanggul tanah harus dimonitoring selama beberapa tahun sekali. Hal itu untuk melihat adanya potensi kebocoran atau longsoran tanggul.
”Harus dipantau setiap 5 tahun apakah ada kebocoran, sleding atau tanggulnya melerek (longsor). Perlu diperbaiki lagi, ada pantauannya,” katanya.
Seperti diberitakan, Desa Baturagung menjadi titik terparah dari dampak tanggul Sungai Tuntang yang jebol, tiga pekan lalu. Puluhan rumah hanyut, puluhan rusak berat, dan ratusan rusak ringan tersapu banjir.
Lumpur-lumpur pun menggunung di jalan hingga jalan ke desa sebelah sempat tak bisa dilintasi. Ratusan warga terpaksa mengungsi di balaidesa dan masjid setempat.
Tanggul jebol lain yang dampaknya parah juga terjadi di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug dan Desa Tinanding, Kecamatan Godong yang berbatasan dengan Demak.
Editor: Supriyadi
