Jumat, 21 November 2025

Murianews, Grobogan – Puluhan warga dari dua kecamatan, Kedungjati dan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah nekat tinggal di tengah hutan di perbatasan wilayah itu.

Keberadaan mereka terendus media pertengahan 2024 lalu. Baru-baru ini, puluhan warga tersebut mendapat bantuan dari Pemkab Grobogan.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Grobogan Heru Dwi Cahyono mengungkapkan, masyarakat di sana mendapatkan instalasi solar cell senilai Rp 66,5 juta.

Bantuan instalasi yang diserahkan awal 2025 lalu itu diharapkan dapat membantu kebutuhan listrik di sana. Diketahui, terdapat 18 rumah warga dan satu musala di Kawasan terpencil tengah hutan itu.

”Semuanya kita bantu. Kami langsung ke lokasi, semua rumah kita carikan solusi. Kita berikan instalasi solar cell, termasuk musala di sana juga,” ungkap Heru, Jumat (16/5/2025).

Heru mengungkapkan, saat ke lokasi, pihaknya bersama Bagian Pembangunan Setda Grobogan, Camat Kedungjati, kepala desa setempat, babinsa, bhabinkamtibmas, serta personel Satpol PP.

Rombongan menuju ke lokasi dengan sepeda motor karena memang tidak mungkin ditempuh dengan roda empat.

”Saat itu kita koordinasi dulu di Kantor Camat Kedungjati, terus naik motor ke lokasi, lewat pinggir rel,” imbuhnya.

Dievaluasi... 

Pihaknya berencana kembali menyambangi kampung di tengah hutan itu dalam beberapa bulan ke depan. Rencananya, pihaknya akan mengevaluasi efektivitas dan kondisi solar cell.

”Sementara belum akan dicek. Kita beri waktu beberapa bulan, nanti akan dilihat apakah masih berfungsi atau tidak,” jelas dia.

Heru mengungkapkan bantuan solar cell tersebut diberikan setelah muncul pemberitaan warga tinggal di tengah hutan tanpa listrik PLN. Sehari-hari, warga tengah hutan itu memakai solar cell.

”Kita fast respon (dengan adanya pemberitaan itu),” tambahnya.

Untuk diketahui, dalam penelusuran Murianews.com saat itu, puluhan warga yang tinggal di hutan itu tidak hanya orang tua, tetapi ada juga anak-anak.

Jarak lokasi warga tinggal di hutan itu dari pemukiman yang ramai sekitar 3 hingga 5 kilometer. Untuk ke lokasi, hanya bisa dengan kendaraan roda dua.

Kendati tinggal di tengah hutan, anak-anak di sana tetap bersekolah. Tentu, mereka selalu diantar orang tua masing-masing saat berangkat maupun pulang.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler