Hasilnya, secara kasat mata, pertanian padi yang menggunakan biochar tampak lebih lebat dan lebih cepat menguning dibanding lahan yang tidak dipakaikan biochar.
Adapun penelitian LPPM Undip bertajuk Kajian Penggunaan Tekonologi Climate Smart Agriculture (CSA) Biochar itu merupakan kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Kementan RI.
Ketua tim penelitian Prof Kusmiati menjelaskan, biochar merupakan produk kaya karbon yang diproduksi melalui dekomposisi termal atau pemanasan bahan organik. Bentuk biochar sendiri mirip sekam.
”Banyak petani menyamakan biochar dengan arang sekam biasa. Padahal, meskipun keduanya berwarna hitam dan berasal dari sekam, fungsi dan kualitasnya berbeda,” ujarnya saat kunjungan di Desa Menawan, Klambu, Grobogan, Kamis (17/7/2025).
”Kami memakai lahan petani seluas 1.800 meter persegi atau 0,18 hektare dengan biochar, dan petak lainnya dengan luas yang sama tanpa biochar. Kemudian ditanam pada waktu yang sama. Kita lihat hasilnya yang memakai biochar tampak lebih cepat matang,” bebernya.
Kusmiati mengatakan, tidak hanya menjadikan pertanian lebih produktif, penggunaan biochar juga disebutnya lebih ramah lingkungan.
Murianews, Grobogan – Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang melakukan uji coba penggunaan biochar pada tanaman padi di Desa Menawan, Kecamatan Klambu, Grobogan, Jawa Tengah.
Hasilnya, secara kasat mata, pertanian padi yang menggunakan biochar tampak lebih lebat dan lebih cepat menguning dibanding lahan yang tidak dipakaikan biochar.
Adapun penelitian LPPM Undip bertajuk Kajian Penggunaan Tekonologi Climate Smart Agriculture (CSA) Biochar itu merupakan kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Kementan RI.
Ketua tim penelitian Prof Kusmiati menjelaskan, biochar merupakan produk kaya karbon yang diproduksi melalui dekomposisi termal atau pemanasan bahan organik. Bentuk biochar sendiri mirip sekam.
”Banyak petani menyamakan biochar dengan arang sekam biasa. Padahal, meskipun keduanya berwarna hitam dan berasal dari sekam, fungsi dan kualitasnya berbeda,” ujarnya saat kunjungan di Desa Menawan, Klambu, Grobogan, Kamis (17/7/2025).
Dalam uji coba pada areal pertanian tersebut, tim memakai dua petak lahan masing-masing seluas 1.800 meter persegi. Satu petak ditanam dengan penaburan biochar dan petak lainnya dengan penanaman seperti biasa.
”Kami memakai lahan petani seluas 1.800 meter persegi atau 0,18 hektare dengan biochar, dan petak lainnya dengan luas yang sama tanpa biochar. Kemudian ditanam pada waktu yang sama. Kita lihat hasilnya yang memakai biochar tampak lebih cepat matang,” bebernya.
Kusmiati mengatakan, tidak hanya menjadikan pertanian lebih produktif, penggunaan biochar juga disebutnya lebih ramah lingkungan.
Mewujudkan Swasembada Pangan...
Dipaparkannya, pertanian juga turut menyumbang gas emisi rumah kaca. Penggunaan biochar disebutnya dapat menekan emisi tersebut.
”Pertanian itu kan juga menyumbang gas rumah kaca, dengan biochar ini, dapat ditekan. Jadi lebih ramah lingkungan,” ujarnya lebih lanjut.
Sementara itu, Koordinator Penyuluh Pertanian Pusat Kementerian Pertanian (Kementan) Sri Mulyani memaparkan, program tersebut merupakan inisiasi Kementan untuk mewujudkan swasembada pangan dengan produktivitas pertanian.
”Ini inisiasi Kementan, dan karena di Jawa Tengah, kami menggandeng Undip. Biochar ini kan salah satu (bahan) mendukung pertanian berkelanjutan, dan dapat meningkatkan produktivitas. Dan efeknya, penurunan emisi GRK (gas rumah kaca),” kata dia.
Analis dari Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau BI Herlina Rizka Wijayanti mengatakan, pihaknya mendukung penelitian tersebut karena krisis iklim secara jangka panjang dapat berdampak pada perbankan.
Dengan pertanian model cerdas iklim, risiko gagal panen yang bisa berakibat kredit bank dapat ditekan.
”Dengan program ini, kita mengantisipasi risiko perubahan iklim yang bisa membawa kerusakan alam, yang resikonya gagal panen, dan nanti bisa berimbas ke kredit sektor keuangan,” bebernya.
Editor: Dani Agus