”Kami ingatkan kepada masyarakat untuk selalu waspada. Apalagi, beberapa hari ini hujan deras terjadi dan juga ada yang diiringi angin kencang,” kata dia.
”Pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) terus kami perbanyak. Belum lama ini kami bentuk Destana di Desa Ringinkidul yang beberapa waktu lalu terjadi banjir besar,” katanya.
Muranews, Grobogan – Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, hampir bisa dipastikan tidak mengalami kekeringan pada tahun ini. Hingga Kamis (11/9/2025), tercatat tidak ada satu pun desa yang mengajukan permintaan bantuan droping air bersih.
Kondisi ini berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, di mana Agustus-September merupakan puncak kemarau. Ratusan desa pun mengajukan droping air bersih pada masa-masa tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Grobogan Wahyu Tri Darmawanto mengungkapkan, tidak adanya laporan kekeringan tahun ini erat kaitannya dengan fenomena kemarau basah.
Menurutnya, intensitas hujan yang masih cukup tinggi di sejumlah wilayah membuat ketersediaan air tanah dan sumber air permukaan tetap terjaga.
”Tahun ini kita masih dikategorikan mengalami kemarau basah, jadi masyarakat tidak terlalu merasakan dampak kemarau. Info dari BMKG, sampai tanggal 14 September masih ada hujan intensitas sedang ke tinggi,” ujar dia.
Fenomena kemarau basah, jelas dia, terjadi karena cuaca global yang dipengaruhi perubahan iklim. Biasanya pada musim kemarau, curah hujan menurun drastis hingga memicu kekeringan di banyak daerah.
Namun tahun ini, justru masih sering turun hujan meski intensitasnya tidak setinggi musim hujan. Hal itu, lanjut Wahyu, sangat membantu menjaga cadangan air di sumur-sumur warga maupun di embung yang tersedia.
Kendati demikian, efek perubahan iklim juga mesti membuat masyarakat waspada. Sebab, intensitas hujan tinggi memicu banjir dan bencana hidrometeorologi lain.
Mitigasi Bencana...
”Kami ingatkan kepada masyarakat untuk selalu waspada. Apalagi, beberapa hari ini hujan deras terjadi dan juga ada yang diiringi angin kencang,” kata dia.
Pihaknya pun terus berusaha melakukan mitigasi bencana dengan berbagai cara. Salah satunya dengan memperbanyak desa tangguh bencana.
”Pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) terus kami perbanyak. Belum lama ini kami bentuk Destana di Desa Ringinkidul yang beberapa waktu lalu terjadi banjir besar,” katanya.
Editor: Dani Agus