Kamis, 20 November 2025

Murianews, Pati – Galian C di Desa Sokopuluhan, Kecamatan Puncawangi, Kabupaten Pati, berujung konflik. Penembang pun mengklaim pihaknya bekerja atas permintaan petani. 

Galian yang terletak di hamparan sawah Desa Sokopuluhan digeruduk warga Desa Tanjungsekar pada Senin (21/8/2023) kemarin. Warga yang bermukim di dekat lokasi tambang meminta aktivitas galian dihentikan. Mereka menilai aktivitas tambang mengganggu.

Pemilik galian, Sunar mengatakan pihaknya melakukan penggalian tanah tersebut agar petani mendapatkan air untuk menyambut musim tanam. Lahan persawahan memang sengaja dikeruk untuk membantu pemilik lahan mendapatkan air saat musim penghujan tiba.

Sunar menyebut ada sebanyak 13 pemilik lahan sawah yang menandatangi surat kesepakatan dengan pihak penggali. Para petani menyatakan setuju lahan mereka dikeruk untuk mendapatkan air untuk penggarapan lahan. 

”Para petani sudah tanda tangan untuk dikeruk lahannya. Kami juga sudah ada perjanjian dan sepakat,” terang Sunar. 

Ia pun menilai dengan pemberhentian penggalian, justru merugikan para petani Desa Sokopuluhan. Meskipun demikian, pihaknya berkomitmen untuk menghentikan aktivitas tambang sesuai permintaan warga. 

Setelah Sabtu (26/8/2023) pihaknya akan menghentikan aktivitas tambang. Pada Selasa (22/8/2023) ini, pihaknya masih diperbolehkan melakukan penataan lahan pertanian. 

”Memang sudah kami sepakati untuk menghentikan. Pertemuan kami juga disaksikan pak Camat dan Bhabinkamtibmas. Kesepakatan, intinya kita diberi lima hari untuk menyelesaikan,” kata Sunar. 

Pihaknya juga siap melakukan penyiraman di wilayah galian. Setidaknya dua kali dalam sehari area tersebut akan disiram dengan air agar tidak meninggalkan debu dan menganggu warga sekitar. 

”Tertulis juga jam operasional kita dari jam 07.00 sampai 16.00 WIB. Kami berkomitmen untuk itu,” kata Sunar. 

Permintaan pengerukan tanah ini diamin petani Desa Sokopuluhan, Rasimun (60). Ia merupakan pemilik lahan persawahan memang mengaku meminta lahannya dikeruk. 

Rasimun mengaku sebagai lahan penadah hujan sawahnya memang harus dikeruk untuk mendapat air saat penghujan tiba. Mengingat bagian kanan dan kiri lahan Rasimun sudah dikeruk sebelumnya. 

”Lahan saya nomor tiga makanya saya keruk. Seandainya tidak ikut dikeruk lahan saya gak bisa dapat air sebab kanan kirinya sudah di keruk,” kata Rasimun. 

Editor: Supriyadi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler