Murianews, Pati – Musim kemarau yang terjadi di Kabupaten Pati beberapa bulan terakhir ini berdampak terhadap sektor pertanian. Kondisi ini membuat produk padi kering atau gabah di Bumi Mina Tani menurun tajam.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Pati Nikentri Meiningrum mengungkapkan, produksi gabah di Masa tanam (MT) 3 ini mengalami penurunan. Yakni hanya sekitar delapan ribuan hektar saja yang memproduksi komoditas tersebut.
Sementara produksi gabah di MT 1 dan MT 2, kata dia, sekitar 50 ribu hektare. Setiap hektare rata-rata memproduksi di angka 6 ton. Bahkan disebut ada yang berhasil produksi hingga 10 ton lebih di wilayah yang irigasinya bagus.
”Di MT 3 pada bulan Agustus ini saja, kita yang panen hanya sekitar 8.500 hektar. Dari 56 ribu sekian hektar. Berarti hanya sedikit yang tidak bisa panen,” ungkap Niken.
Pihaknya menjelaskan, penurunan hasil produksi gabah ini dikarenakan tidak adanya pasokan air untuk sektor pertanian. Khususnya di Pati Selatan yang merupakan lahan tadah hujan.
Meskipun produksi gabah mengalami penurunan, Niken menyebut harga komoditas tersebut mengalami peningkatan saat musim kemarau ini. Peningkatan harga gabah disebutnya sekitar Rp 1 ribu per kilogram.
”MT 3 ini yang jelas tetap mempengaruhi terhadap produksi. Tapi petani bisa diuntungkan dengan harga yang di pasaran sekarang cukup tinggi. MT 1 dan MT 2 harga Rp 4.800 gabah kering. Kalau sekarang di atas Rp 5 ribu ke atas sampai Rp 6 ribu per kg-nya,” pungkasnya.
Menurunnya produksi gabah serta naiknya harga gabah membuat harga jual beras juga mengalami kenaikan. Saat ini harga beras di Kabupaten Pati di kisaran Rp 12 ribu hingga Rp 14.500 per kilogram. Pada beberapa bulan lalu, harga beras di Pati masih di kisaran Rp 10 ribu hingga 13 ribu per kilogram.
Editor: Cholis Anwar



