Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sangat dirasakan sejumlah pedagang dan peternak sapi di Kecamatan Winong, Kabupaten Pati. Beberapa kandang sapi mereka menjadi sepi. 

Salah satu peternak sapi yang merasakan dampak wabah PMK yakni, Halim. Pengusaha ternak sapi asal Desa Klecorenggonang, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati mengaku kandang sapinya kini hanya tinggal puluhan ekor sapi. 

Penjual sapi yang sudah melang-lang buana hingga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) itu mengaku kandangnya yang berada di tempat asal, kini hanya menyisakan 20 ekor sapi. Padahal, di saat normal kandang Halim terisi 200 ekor sapi lokal. 

”Di kandang saya tinggal ini (sambil menunjukkan kondisi sisa sapinya). Tinggal 20 ekor, kalau sebelum PMK terisi 200-an ekor,” ujar dia. 

Ia mengaku situasi ini sudah terasa sejak awal Desember 2024 lalu dan masih terasa hingga kini. Kondisi ini tidak bisa dihindari, sehingga pihaknya tak dapat meminta pertanggungjawaban siapapun karena situasi ini merupakan bencana alam. 

”Kami selaku dari sudut pandang pedagang kami trauma, kalkulasi kerugian 50 persen, pokoknya pelaku usaha sapi lokal sebenarnya sudah finish tak mampu survive. Kondisi ini tak bisa dihindari, pedagang gak menyalahkan dinas, dokter hewan, ya pokoknya meratapi dan introspeksi diri karena ini hukum alam,” ujar dia. 

Pedagang sapi memilih untuk melakukan pemotongan paksa daripada sapi mati duluan. Halim sendiri mengantisipasi dengan melakukan potong paksa dan menjual sapi hidup dengan harga yang rendah. 

”Ada yang potong paksa belasan, kemudian jual sapi dengan harga yang turun puluhan ribu per kilogram. Harga sapi hidup biasanya Rp  16 sampai 20 juta per ekor, saat ini setelah PMK Rp 6 sampai 7 juta per ekor, bahkan parahnya ada yang cuma Rp 1,5 sampai Rp 3 juta per ekor,” bebernya. 

Permintaan menurun...

Ia mengungkapkan juga bahwa harga daging sapi setelah melalui tahap pemotongan paksa mengalami penurunan.

Pasalnya stok daging terlalu banyak sehingga tidak sebanding dengan permintaan, di satu sisi masyarakat enggan konsumsi daging sejak PMK menjangkit hewan ternak. 

”Harga daging Rp 65 ribu per kilogram sampai Rp 105 per kilogram. Sapi yang dopoting dagingnya tidak diedarkan ke pasar, melainkan dimasukkan freezer (lemari pendingin),” tuturnya. 

Diketahui, Halim tidak hanya menjual ternak sapi saja, ada pula kambing. Sapi dan kambingnya berada pada satu lahan kandang yang sama, akan tetapi kondisi kambingnya aman-aman saja.

Editor: Cholis Anwar  

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler