Sejumlah kelompok tani dan perwakilan kepala desa dari Kecamatan Pati Kota, Jakenan, Sukolilo dan Kayen mendatangi BNPB. Mereka mempertanyakan bantuan puso tahun 2023 tahap dua yang belum cair hingga saat ini.
”Ada sejumlah daerah yang sudah cair tapi ada yang belum. Ini yang menjadi masalah. Tak sedikit masyarakat justru menyalahkan kepala desa. Padahal anggaran memang belum dicairkan dari BNPB,” ujar dia.
Kondisi itu seperti dirasakan di desanya yang bersebelahan dengan Kecamatan Gabus dan Kabupaten Kudus. Dia menyebut kedua wilayah tersebut telah cair.
”Sawahnya bersebelahan antara Desa Wuwur, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati dan sawah di Kabupaten Kudus. Dua-duanya sudah cair semua tapi petani Desa Talun belum. Akhirnya banyak yang mempertanyakan ke kami,” tutur dia.
Pihaknya pun meminta kepada pemerintah agar bantuan itu bisa segera dicairkan. Dia khawatir jika tak ada solusi justru akan terjadi benturan di lapangan.
”Kami justru merasa dibenturkan. Kami dikira mengambil uang petani. Padahal memang belum cair,” kata dia.
Murianews, Pati – Ribuan Petani di Kabupaten Pati belum menerima bantuan puso tahun 2023. Mereka mengadu permasalahan ini ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jumat (17/1/2025).
Sejumlah kelompok tani dan perwakilan kepala desa dari Kecamatan Pati Kota, Jakenan, Sukolilo dan Kayen mendatangi BNPB. Mereka mempertanyakan bantuan puso tahun 2023 tahap dua yang belum cair hingga saat ini.
Kepala Desa Talun, Kecamatan Kayen Maksum menyebut belum cairnya bantuan puso tahap dua menjadi polemik di masyarakat. Dia menyebut ketimpangan itu membuat para petani bergejolak.
”Ada sejumlah daerah yang sudah cair tapi ada yang belum. Ini yang menjadi masalah. Tak sedikit masyarakat justru menyalahkan kepala desa. Padahal anggaran memang belum dicairkan dari BNPB,” ujar dia.
Kondisi itu seperti dirasakan di desanya yang bersebelahan dengan Kecamatan Gabus dan Kabupaten Kudus. Dia menyebut kedua wilayah tersebut telah cair.
”Sawahnya bersebelahan antara Desa Wuwur, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati dan sawah di Kabupaten Kudus. Dua-duanya sudah cair semua tapi petani Desa Talun belum. Akhirnya banyak yang mempertanyakan ke kami,” tutur dia.
Pihaknya pun meminta kepada pemerintah agar bantuan itu bisa segera dicairkan. Dia khawatir jika tak ada solusi justru akan terjadi benturan di lapangan.
”Kami justru merasa dibenturkan. Kami dikira mengambil uang petani. Padahal memang belum cair,” kata dia.
Harapkan Pencairan...
Hal senada juga dikeluhkan, Kepala Desa Wegil, Kecamatan Sukolilo Heri Priyanto. Ia pun berharap pasca audiensi bisa segera mendapatkan jawaban dan dicairkan secepatnya.
”Karena kami yang berhadapan dengan masyarakat. Kami berharap segera dicairkan,” ujarnya.
Sementara itu salah seorang kelompok tani (Poktan) Nurhadi menyebut selain berdampak ke kepala desa, tak kunjung cairnya bantuan puso tahap kedua di Kabupaten Pati juga dirasakan oleh kelompok tani.
”Sudah bertahun-tahun tapi masih belum ada kejelasan. Akhirnya kami yang benjut. Siang malam didatangi petani untuk menanyakannya. Petani sudah susah menghadapi tikus, resiko banjir ini di tambah masalah lagi,” tutur dia.
Saat dikonfirmasi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya mengamini adanya audiensi yang dilakukan kepala desa dan poktan ke BNPB. Audiensi itu dilakukan untuk mencari kepastian pencairan bantuan puso tahap 2.
Dia menyebutkan jika dalam usulan pencairan bantuan puso tahap dua ini masih menyisakan 6.708 petani dari 89 poktan di 26 desa di Pati. Total ada 3.732 hektare lahan dengan nilai anggaran diperkirakan mencapai Rp 29,8 miliar.
Dia pun berharap agar hasil itu dapat benar-benar terealisasi. Selain itu Martinus berharap masyarakat juga dapat memahami lantaran saat ini terjadi banyak bencana yang juga menjadi atensi dari BNPB.
”Sementara BNPB juga mengalami keterbatasan anggaran,” pungkas dia.
Editor: Cholis Anwar