Menurut dia, sebagai masyarakat Jawa, memperkenalkan budaya Jawa merupakan hal fundamental yang bertujuan agar tradisi Jawa tetap lestari.
Menurutnya, setiap tradisi adat istiadat yang dilakukan bukan hanya sekadar ritual belaka. Tetapi juga mengandung filosofis, budaya, serta spiritual yang mendalam.
”Tradisi Jawa bukan sekadar mengenal kearifan lokal, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai budaya tersebut membentuk karakter dan identitas masyarakat Jawa” ucap Arif.
Sementara itu Setyo Gunawan, koordinator P5RA menjelaskan, selain bertujuan mengenalkan budaya Jawa di kalangan peserta didik, kegiatan P5RA tersebut juga memiliki harapan agar generasi muda mewarisi karakter, identitas, serta nilai-nilai yang diajarkan dalam budaya Jawa.
Menurut dia menjadi masyarakat Jawa harus bangga dengan tradisi dan adat istiadatnya.
”Kami berharap, peserta didik memahami esensi budaya Jawa dan mengetahui tata cara prosesi adat Jawa di kemudian hari,” pungkas dia.
Murianews, Pati – MA Salafiyah Kajen Margoyoso Pati ikut berupaya melestarikan budaya Jawa yang digempur dengan kebudayaan luar. Mereka pun mendatangkan abdi dalem Keraton Solo.
Kegiatan ini merupakan implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil'Alamin (P5RA) yang digelar pada Rabu (14/5/2025). Kegiatan yang berlangsung di halaman madrasah setempat itu diikuti oleh ratusan siswa kelas X.
Mereka pun berdialog tentang budaya dan kearifan lokal. Seperti mitoni atau tingkeban dan berbagai kebudayaan lainnya. Seorang Andi Dalem Keraton Solo, K.R.T. Meggi Hannusa didatangkan sebagai narasumber.
”Banyak sekali tradisi adat istiadat Jawa yang harus diketahui bersama, seperti mapati, mitoni, tedhak siten, ruwatan, bancaan ketika akan berangkat kerja, bancaan setelah menikah, bancaan akan membangun rumah, selametan dan sebagainya,” ujar K.R.T. Meggi Hannusa.
Menurut dia, adat istiadat harus diwariskan kepada generasi masa depan. Mengingat Gen Z merupakan generasi melek digital yang berjabat erat dengan modernitas, sehingga budaya yang telah lama hidup di masyarakat harus dikenalkan sejak dini.
Hal tersebut untuk meminimalkan tergerusnya tradisi yang memiliki peluang tersisih dan tergantikan dengan budaya-budaya asing yang kian digemari remaja.
Wakil Kepala Bidang Humas MA Salafiyah, Arif Sutoyo mengungkapkan, tema kearifan lokal yang dipilih oleh tim fasilitator bertujuan untuk memperkenalkan salah satu budaya di Indonesia yang bernapas dan menjadi identitas masyarakat Jawa.
Tradisi Jawa tetap lestari...
Menurut dia, sebagai masyarakat Jawa, memperkenalkan budaya Jawa merupakan hal fundamental yang bertujuan agar tradisi Jawa tetap lestari.
”Antusiasme peserta didik MA Salafiyah cukup menjadi simbol bahwa sebagai generasi Z tidak menutup diri untuk mengenal budaya mereka sendiri,” kata dia.
Menurutnya, setiap tradisi adat istiadat yang dilakukan bukan hanya sekadar ritual belaka. Tetapi juga mengandung filosofis, budaya, serta spiritual yang mendalam.
Ia menambahkan, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Jawa adalah nilai persatuan dan kebersamaan, rasa syukur, dan saling menghormati.
”Tradisi Jawa bukan sekadar mengenal kearifan lokal, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai budaya tersebut membentuk karakter dan identitas masyarakat Jawa” ucap Arif.
Sementara itu Setyo Gunawan, koordinator P5RA menjelaskan, selain bertujuan mengenalkan budaya Jawa di kalangan peserta didik, kegiatan P5RA tersebut juga memiliki harapan agar generasi muda mewarisi karakter, identitas, serta nilai-nilai yang diajarkan dalam budaya Jawa.
Menurut dia menjadi masyarakat Jawa harus bangga dengan tradisi dan adat istiadatnya.
”Kami berharap, peserta didik memahami esensi budaya Jawa dan mengetahui tata cara prosesi adat Jawa di kemudian hari,” pungkas dia.
Editor: Cholis Anwar