Gagal Temui Gubernur Jateng, Petani Pundenrejo Pati Gigit Jari
Umar Hanafi
Selasa, 27 Mei 2025 16:51:00
Murianews, Pati – Puluhan petani Pundenrejo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berencana untuk bertemu dengan bertemu Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi saat mengunjungi Pendapa Pati pada Selasa (27/5/2025).
Namun mereka harus gigit jari karena tidak diperbolehkan masuk ke area Pendapa Kabupaten Pati. Tak mau menyerah, mereka pun menunggu hingga 3,5 jam. Namun akhirnya mereka harus gigit karena tidak bertemu dengan orang nomor satu di Jateng itu
Aparat kepolisian dan Satpol PP yang berjaga disana memang tak mengizinkan mereka masuk. Saat rombongan Gubernur Jateng meninggalkan Pendapa Kabupaten Pati, para petani Pundenrejo berupaya meneriaki agar diperhatikan.
Namun Gubernur Jateng itu hanya membuka kaca mobil dan melambaikan tangan tanpa sempat berhenti.
Perwakilan petani Pundenrejo, Sarmin menyebut kedatangan mereka sengaja ingin bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi. Mereka datang lantaran mendengar Gubernur menggelar acara dialog dengan rakyat.
”Kami datang ingin dialog atau ketemu, tapi gak boleh sama aparat. Baik polisi maupun satpol PP,” ujar dia kepada Murianews.com.
Dia menyebut, tak diizinkan masuk lantaran dianggap tak punya undangan. Menurutnya, tak perlu undangan untuk bertemu dengan pemimpin Jawa Tengah tersebut.
Sampaikan aspsirasi...
Ia mengaku ingin menyampaikan aspirasi agar permasalahan yang dialami petani bisa dapat segera diselesaikan dengan seadil-adilnya. Mereka juga berharap agar Gubernur ikut berjuang dalam mengembalikan tanah yang diperjuangkan petani Germapun.
”Karena sekarang yang terjadi justru menyedihkan. Penindasan oleh orang tak bertanggungjawab. Merusak rumah di desa Pundenrejo oleh orang yang mengenakan topeng,” kata dia.
Dia menyebut ada empat rumah yang dirusak. Kini pemiliknya masih bertahan di lokasi dengan kondisi yang menyedihkan. Pihaknya pun telah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.
”Kami harap Pak Gubernur atau pemkab mau ketemu. Kami ingin menyampaikan aspirasi. Tapi tidak bisa ketemu karena dihalang-halangi,” ucapnya.
Editor: Anggara Jiwandhana



