Warga kini sangat mengharapkan solusi konkret dari pemerintah setepat dan pemerintah pusat untuk mengatasi bencana tersebut.
Wilayah yang paling parah terdampak adalah RT 5 RW 1, di mana sebanyak 38 rumah terendam dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter.
”Secara umum kondisinya masih menggenangi rumah warga yang berjumlah 252 rumah. Meskipun ada penurunan sedikit daripada kemarin,” ujar Kepala Desa Tunggulsari, Setyo Wahyudi kepada Murianews.com, Rabu (18/6/2025).
Setyo Wahyudi berharap pemerintah daerah hingga pusat dapat bersinergi menanggulangi bencana banjir rob ini. Ia menekankan, tanpa kerja sama pemerintah, banjir rob akan terus menjadi ancaman bagi Desa Tunggulsari.
”Ini bencana besar. Kejadian abrasi nyatanya sudah terjadi di Desa Tunggulsari dan beberapa desa Kecamatan Tayu. Harapan saya pemerintah untuk bekerja sama penanggulangan bencana,” tutur Setyo Wahyudi.
Murianews, Pati – Ratusan rumah di Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, telah terendam banjir rob selama sebulan penuh.
Warga kini sangat mengharapkan solusi konkret dari pemerintah setepat dan pemerintah pusat untuk mengatasi bencana tersebut.
Banjir rob yang melanda desa itu sudah terjadi sejak 18 Mei 2025 dan hingga kini masih menggenangi 252 rumah warga serta ratusan hektare tambak ikan. Akibatnya, kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.
Wilayah yang paling parah terdampak adalah RT 5 RW 1, di mana sebanyak 38 rumah terendam dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter.
”Secara umum kondisinya masih menggenangi rumah warga yang berjumlah 252 rumah. Meskipun ada penurunan sedikit daripada kemarin,” ujar Kepala Desa Tunggulsari, Setyo Wahyudi kepada Murianews.com, Rabu (18/6/2025).
Setyo Wahyudi berharap pemerintah daerah hingga pusat dapat bersinergi menanggulangi bencana banjir rob ini. Ia menekankan, tanpa kerja sama pemerintah, banjir rob akan terus menjadi ancaman bagi Desa Tunggulsari.
”Ini bencana besar. Kejadian abrasi nyatanya sudah terjadi di Desa Tunggulsari dan beberapa desa Kecamatan Tayu. Harapan saya pemerintah untuk bekerja sama penanggulangan bencana,” tutur Setyo Wahyudi.
Pemecah ombak...
Ia pun mengusulkan sejumlah solusi. Seperti pembuatan pemecah ombak di bibir pantai Kecamatan Tayu hingga normalisasi sungai.
”Karena ini abrasii harus ada pembuatan alat pemecah ombak, sehingga abrasi bisa ditanggulangi. Kedua melakukan normalisasi sungai secara masif. Karena di Desa Tunggulsari terdapat 4 sungai,” ungkap dia.
Ia mengaku pada bulan Agustus hingga September 2024 lalu, pihaknya sebenarnya sudah melakukan normalisasi sungai. Namun lantaran curah hujan tinggi ditambah tingginya gelombang rob, membuat sungai tak mampu menampung.
Tak hanya membuat pemecah ombak dan normalisasi sungai, ia juga menilai perlu penanaman mangrove kembali di pesisir pantai sebagai sabuk alam untuk menahan ombak. Solusi ini bisa dilakukan dengan kerja sama berbagai lapisan pemerintah.
”Setelah siklus normal bisa melakukan pengamanan mangrove,” pungkas dia.
Editor: Cholis Anwar