Saat ini, enceng gondok tak sebanyak Selasa lalu usai hanyut dibawa arus sungai. Namun, sejumlah titik masih menumpuk eceng gondok. Bila hujan deras kembali terjadi, enceng gondok berpotensi membuat para nelayan kembali tak bisa melaut.
Hal ini mengancam kehidupan para nelayan tradisional. Daman mengungkapkan, enceng gondok sering kali menutup akses menuju laut. Bahkan selama sebulan, nelayan tak bisa melaut hingga lima kali.
”Kami minta agar pemerintah memberi solusi agar enceng gondok itu diangkat yang jangan sampai mengganggu nelayan. Paling tidak dari pemerintah memfasilitasi supaya sebelum enceng di larung ke utara, karena sangat mengganggu nelayan, agar pemerintah solusi agar sampah tersebut diangkut dan dibuang ke darat,” harap dia.
Murianews, Pati – Sejumlah video yang memperlihatkan enceng gondok memenuhi Sungai Juwana, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Video tersebut viral di sejumlah platform digital.
Dalam video tersebut, telihat eceng gondok memenuhi Sungai Juwana, tepatnya di Desa Bumirejo. Seorang nelayan tradisional yang merekam video tersebut menarasikan enceng gondok tersebut menjamur.
”Enceng gondok di Sungai Juwana tepatnya di Desa Bumirejo RT 2, penuh,” ujar seseorang sambil menaiki perahu nelayan.
Koordinator Nelayan Tradisional Juwana, Daman membenarkan kejadian tersebut. Ia mengaku peristiwa itu terjadi pada Selasa (1/7/2025) lalu. Akibat dari penuhnya enceng gondok ini, ratusan nelayan di Desa Bumirejo, Desa Bendar dan Desa Kedungpancing tak bisa melaut.
”Memang dengan adanya enceng gondok ini meresahkan nelayan Juwana,” ujar dia ditemui di Desa Bumirejo, Kamis (3/7/2025).
Ia memaparkan setiap usai hujan turun, enceng gondok selalu memenuhi Sungai Juwana, terutama sekitar hulu. Akibatkan, ratusan nelayan tradisional di sejumlah desa yang tak bisa mencari ikan akibat enceng gondok tersebut.
”Sekitar 150 perahu (tak bisa melaut). Khususnya di Desa Bumirejo, Bendar, dan Kedungpancing,” ucap dia.
Hanyut di Sungai...
Saat ini, enceng gondok tak sebanyak Selasa lalu usai hanyut dibawa arus sungai. Namun, sejumlah titik masih menumpuk eceng gondok. Bila hujan deras kembali terjadi, enceng gondok berpotensi membuat para nelayan kembali tak bisa melaut.
Hal ini mengancam kehidupan para nelayan tradisional. Daman mengungkapkan, enceng gondok sering kali menutup akses menuju laut. Bahkan selama sebulan, nelayan tak bisa melaut hingga lima kali.
”Kami minta agar pemerintah memberi solusi agar enceng gondok itu diangkat yang jangan sampai mengganggu nelayan. Paling tidak dari pemerintah memfasilitasi supaya sebelum enceng di larung ke utara, karena sangat mengganggu nelayan, agar pemerintah solusi agar sampah tersebut diangkut dan dibuang ke darat,” harap dia.
Editor: Budi Santoso