Soal Ancaman Inflasi Medis, Begini Respon DKK Kudus
Vega Ma'arijil Ula
Rabu, 7 Juni 2023 14:46:31
Dilansir dari Survei Mercer Marsh Benefits (MMB) mengenai Health Trends 2023, biaya kesehatan di Indonesia diprediksi terus meningkat hingga 13,6 persen.
Prediksi peningkatan biaya kesehatan itu melebihi proyeksi Asia sebesar 11,5 persen, melebihi inflasi keuangan Indonesia pada 2022, sebesar 5,5 persen.
Inflasi medis yakni suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya biaya kesehatan. Sehingga menyebabkan daya beli masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menjadi menurun.
Baca: Pendaftaran PPDB SMP di Kudus Dibagi Empat Jalur, Ini JadwalnyaKepala DKK Kudus, dr Andini Aridewi mengatakan, Kemenkes belum ada pernyataan resmi terkait kabar tersebut. ”Statemen resmi dari Kemenkes terkait hal ini belum ada,” katanya, Rabu (7/6/2023).
Namun, menurut dr Andini Aridewi persoalan inflasi medis dapat dikendalikan dengan berbagai program. ”Bisa dicegah dengan cara promotif maupun preventif,” sambungnya.
Lebih lanjut, upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hidup bersih dan sehat. Yakni skrining atau deteksi dini secara masif.”Skrining atau deteksi penyakit menular maupun tidak menular harus digiatkan juga,” terangnya.
Baca: Satu Responden Kudus Tolak Disensus Gegara Takut Bayar Pajak LebihTidak berhenti di situ, pencegahan awal dengan imunisasi juga harus digiatkan. Selain itu masyarakat juga diimbau memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).”Masyarakat Kudus juga harus memiliki JKN. Selain itu budayakan hidup sehat dengan berolahraga dan makan bergizi agar tetap sehat,” imbuhnya. Editor: Ali Muntoha
Murianews, Kudus – Inflasi medis atau inflasi biaya kesehatan diprediksi melebihi inflasi keuangan. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus, Jawa Tengah pun mulai melakukan ancang-ancang jika terjadi di Kota Kretek.
Dilansir dari Survei Mercer Marsh Benefits (MMB) mengenai Health Trends 2023, biaya kesehatan di Indonesia diprediksi terus meningkat hingga 13,6 persen.
Prediksi peningkatan biaya kesehatan itu melebihi proyeksi Asia sebesar 11,5 persen, melebihi inflasi keuangan Indonesia pada 2022, sebesar 5,5 persen.
Inflasi medis yakni suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya biaya kesehatan. Sehingga menyebabkan daya beli masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menjadi menurun.
Baca: Pendaftaran PPDB SMP di Kudus Dibagi Empat Jalur, Ini Jadwalnya
Kepala DKK Kudus, dr Andini Aridewi mengatakan, Kemenkes belum ada pernyataan resmi terkait kabar tersebut. ”Statemen resmi dari Kemenkes terkait hal ini belum ada,” katanya, Rabu (7/6/2023).
Namun, menurut dr Andini Aridewi persoalan inflasi medis dapat dikendalikan dengan berbagai program. ”Bisa dicegah dengan cara promotif maupun preventif,” sambungnya.
Lebih lanjut, upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hidup bersih dan sehat. Yakni skrining atau deteksi dini secara masif.
”Skrining atau deteksi penyakit menular maupun tidak menular harus digiatkan juga,” terangnya.
Baca: Satu Responden Kudus Tolak Disensus Gegara Takut Bayar Pajak Lebih
Tidak berhenti di situ, pencegahan awal dengan imunisasi juga harus digiatkan. Selain itu masyarakat juga diimbau memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
”Masyarakat Kudus juga harus memiliki JKN. Selain itu budayakan hidup sehat dengan berolahraga dan makan bergizi agar tetap sehat,” imbuhnya.
Editor: Ali Muntoha