Gelaran Wayang Kulit HUT Ke-475 Kudus, Tiga Dalang Tampil Bergantian
Vega Ma'arijil Ula
Rabu, 18 September 2024 10:44:00
Murianews, Kudus – Sebagai bagian dari rangkaian peringatan HUT ke-475 Kabupaten Kudus, pagelaran wayang kulit digelar di Balai Jagong, Kudus, pada Selasa (17/9/2024) malam. Pagelaran tersebut mengambil lakon ”Parikesit Jumeneng Ratu,” karena bertepatan dengan momen Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Kudus 2024.
Lakon ”Parikesit Jumeneng Ratu” bercerita tentang perjalanan Parikesit menjadi raja di Kerajaan Ngastina. Kisah ini dianggap relevan dengan situasi politik saat ini, khususnya jelang Pilkada Kudus 2024.
Pentas wayang kulit ini dimainkan oleh tiga dalang ternama secara bergantian, yaitu Ki Agung Prabowo, Ki Bayu Kusuma Aji, dan Ki Tetuko Timur Nugroho.
Ki Agung Prabowo menjelaskan, pemilihan lakon ”Parikesit Jumeneng Ratu” memang sengaja bertepatan dengan momen Pilkada di Kudus. Dalam kisah tersebut, Parikesit yang merupakan putra Abimanyu, harus meneruskan tahta kerajaan setelah ayahnya gugur di medan perang.
Parikesit mendapat arahan dari kakeknya, Arjuna, untuk menjadi raja yang gigih dan tidak bermalas-malasan.
”Arjuna melahirkan Abimanyu agar menjadi anak yang gigih. Maka sebagai penerus Abimanyu, Parikesit harus menjadi pribadi yang lebih gigih dan tidak bermalas-malasan,” ujar Ki Agung Prabowo pada Selasa (17/9/2024).
Ia juga menambahkan, dalam kisah tersebut Parikesit sempat merasa keberatan untuk memegang tampuk kepemimpinan. Namun, Semar hadir sebagai pembimbing yang memberi nasihat bijak kepada Parikesit hingga akhirnya ia menjadi raja di Kerajaan Ngastina.
Pemilihan lakon ini, menurut Ki Agung Prabowo, bertujuan untuk memberikan inspirasi kepada para pemimpin di Kudus.
”Harapan kami, pentas wayang kulit ini bisa menginspirasi para pemimpin di negeri ini. Semoga masyarakat juga mendapatkan pemimpin yang baik dan jujur,” terangnya.
Sementara itu, Plt Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Wahyudi, menyampaikan bahwa pagelaran wayang ini menampilkan tiga dalang sebagai upaya memberikan kesempatan bagi lebih banyak seniman wayang untuk berkarya.
Pihaknya juga berharap agar kesenian tradisional ini mampu memupuk semangat generasi muda dalam melestarikan budaya lokal.
”Harapan kami, kesenian tradisional wayang kulit ini dapat memupuk generasi muda untuk melestarikan budaya,” imbuh Wahyudi.
Dalam kesempatan yang sama, Mutrikah, salah satu pengamat budaya mengatakan, pagelaran wayang kulit tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan salah satu bentuk pelestarian seni dan budaya yang diwariskan oleh para leluhur.
Menurutnya, kisah ”Parikesit Jumeneng Ratu” mengandung nilai-nilai luhur, baik dari segi moral, spiritual, maupun sosial.
”Kisah ini menjadi pengingat bahwa perubahan dan perkembangan yang dialami Kudus selama ini merupakan hasil dari kepemimpinan yang baik serta proses sejarah yang panjang,” tutur Mutrikah.
Ia juga berharap lebih banyak generasi muda mau melestarikan wayang sebagai warisan budaya lokal.
”Dengan menjaga tradisi, kita tidak hanya menghormati para leluhur, tetapi juga berperan dalam membangun masa depan yang lebih baik dengan menjunjung nilai-nilai kebudayaan,” imbuhnya.
Editor: Cholis Anwar



