Sabtu, 19 April 2025

Sementara itu, Pj Ketua TP PKK Kabupaten Kudus, Aini Hasan Chabibie menyampaikan isu stunting menjadi fokus bersama. Hal ini mengingat masih banyak ditemui permasalahan gizi bagi bayi dan anak di bawah usia dua tahun.

”Permasalahan stunting penting untuk diselesaikan. Sebab stunting bisa mengganggu kualitas Sumber Daya Manusia. Stunting berkaitan dengan kesehatan dan bahkan menyebabkan kematian pada anak,” katanya, Kamis (26/9/2024).

Menurutnya, permasalahan stunting harus segera dituntaskan. Hal itu bertujuan agar permasalahan stunting tidak menghambat momentum generasi emas Indonesia pada 2045 mendatang.

Lebih lanjut, pada tahun 2024 pemerintah telah menetapkan target nasional penurunan stunting sebesar 14 persen. Ia menilai untuk meraih capaian itu membutuhkan sinergi dari pemerintah dan stakeholder terkait.

Berdasarkan data dari elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) angka stunting di Kabupaten Kudus per tahun 2023 mencapai 3,69 persen. Melihat hasil itu, angka kasus stunting di Kabupaten Kudus masih berada di bawah kasus nasional.

”Meski demikian, pada tahun 2024 Pemkab Kudus menargetkan angka stunting turun menjadi nol kasus,” sambungnya.

Ia menambahkan, permasalahan stunting di Kota Kretek menurutnya tidak disebabkan karena faktor kemiskinan. Melainkan ketiadaan waktu untuk mengolah makanan bergizi. Sehingga asupan yang diberikan kepada anak-anak balita angka kecukupan gizinya di bawah standar.

”Berkaca dari hal itu, upaya untuk pengentasan stunting kami lakukan dengan cara mendirikan kedai balita SiCantik (Aksi Cegah Anak Stunting dengan Intervensi Kolaboratif),” terangnya.

Kedai Balita SiCantik ini menyediakan makanan bergizi siap saji. Sehingga memudahkan warga untuk mendapatkan makanan bergizi untuk anak balita.

Pendirian kedai balita SiCantik ini telah diperluas ke berbagai desa. Ia berharap adanya pelatihan ini dapat memberikan ilmu kepada para kader PKK untuk mengetahui standar keamanan pangan siap saji dan memahami nilai kecukupan gizinya.

Berkaca dari hal itu ia juga berharap para kader PKK dapat menyosialisasikan menu makanan pencegah stunting kepada warga binaannya. Sehingga dapat diaplikasikan hingga ke skala rumah tangga.

”Sosialisasi ini juga memberikan materi kewirausahaan sebagai bekal kemampuan manajerial pengelolaan kedai balita,” pungkasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus (DKK Kudus), Jawa Tengah, dokter Andini Aridewi menyampaikan pihaknya terus berupaya untuk melakukan intervensi terhadap permasalahan stunting. Ia menyebut angka prevalensi stunting di Kota Kretek pada tahun 2023 sebesar 15,7 persen. Jumlah itu sudah bagus lantaran di bawah angka kasus stunting secara nasional yang masih 20 persen.

”Kami terus melakukan intervensi secara spesifik langsung ke arah sasarannya. Tidak hanya itu kami juga berupaya mengendalikan permasalahan stunting ini dengan berbagai cara,” ujarnya.

Ia menjelaskan, berbagai cara pencegahan dilakukan. Yakni dengan menyasar remaja putri dengan program Aksi Bergizi di sekolah. Hal ini diwujudkan dengan membagikan tablet tambah darah yang bertujuan untuk mencegah anemia.

”Anemia itu bisa berdampak risiko bagi ibu hamil. Sebab perkembangan janin menjadi tidak sehat dan bayi yang dilahirkan bisa memiliki permasalahan gizi, sehingga kondisi kesehatannya tidak bagus,” terangnya.

Program aksi bergizi ini sebelumnya telah dilaksanakan di DKK Kudus bersama 19 puskesmas terkait. Lokasinya di MAN 1 Kudus pada Senin (12/8/2024) silam.

Pada program itu, sebelum minum tablet tambah darah bersama, para remaja putri mengikuti senam bersama terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan sarapan makanan bergizi dan mengonsumsi suplemen tambah darah secara bersama-sama.

Disuguhkan Asupan..... 

Komentar

Terpopuler