Pada spot yang memiliki ukuran 4 meter x 2 meter itu berisi narasi tentang sejarah Kudus. Para pengunjung dapat membaca guna menambah pengetahuan.
’’Kami juga ingin menyampaikan kepada pengunjung kalau hari jadi Kudus itu jatuh 19 Rajab 956 H atau 23 Agustus 1.549 Masehi. Hal itu sesuai dengan prasasti batu yang terletak di mihrab Masjid Al Aqsha,’’ terangnya.
’’Hal itu diatur di Peraturan Daerah nomor 11 tahun 1990. Perda tersebut diterbitkan tanggal 6 Juli 1990 pada era Bupati Kudus Kolonel Soedarsono,’’ ujarnya.
Dirinya berharap masyarakat mendapatkan wawasan dari keberadaan spot tersebut. Sehingga semakin banyak pengunjung yang tahu sejarah Kudus.
’’Harapan kami pengunjung mendapatkan wawasan yang luas. Masyarakat menjadi tahu bagaimana peradaban Kudus dari masa ke masa,’’ imbuhnya.
Salah seorang pengunjung asal Pati Nihlatul Mustaqiroh mengatakan dirinya kali pertama datang ke museum. Ia mengaku tertarik dengan spot di area museum.
’’Dapat rekomendasi dari teman. Ternyata spotnya bagus-bagus,’’ imbuhnya.
Murianews, Kudus – Museum Jenang Kabupaten Kudus, Jawa Tengah memamerkan Akulturasi Budaya Menara Kudus. Ruang pameran itu sudah ada sejak pekan lalu.
Galeri pameran itu di area utama. Tepatnya setelah area tangga yang menghubungkan museum dengan area toko.
Lokasinya dekat dengan miniatur Menara Kudus. Akulturasi Budaya Menara Kudus berisi tentang akulturasi budaya, sejarah Kudus, dan hari jadi Kabupaten Kudus.
Manajer Marketing Mubarok Food Cipta Delicia, Muhammad Kirom mengatakan, spot pameran itu dibuat sebagai bentuk inovasi baru sekaligus meramaikan momen libur sekolah dan tahun baru.
’’Inovasi perlu dilakukan agar menarik pengunjung. Kami selalu update spot dan koleksi untuk mempromosikan Museum Jenang ini,’’ katanya, Kamis (26/12/2024).
Dirinya menambahkan, spot pameran itu untuk mengedukasi pengunjung tentang Kabupaten Kudus, mulai budayanya, sejarah, hingga hari jadi Kudus.
Ia tak menampik masih banyak generasi muda yang belum tahu sejarah kotanya sendiri.
’’Generasi saat ini masih tidak tahu sejarah kotanya sendiri. Melihat hal tersebut kami mencoba mengedukasi lewat spot ini,’’ sambungnya.
Menambah Pengetahuan Pengunjung...
Pada spot yang memiliki ukuran 4 meter x 2 meter itu berisi narasi tentang sejarah Kudus. Para pengunjung dapat membaca guna menambah pengetahuan.
’’Kami juga ingin menyampaikan kepada pengunjung kalau hari jadi Kudus itu jatuh 19 Rajab 956 H atau 23 Agustus 1.549 Masehi. Hal itu sesuai dengan prasasti batu yang terletak di mihrab Masjid Al Aqsha,’’ terangnya.
Namun, para pemangku kebijakan kemudian menggeser Hari Jadi Kudus dari 23 Agustus ke 23 September. Perubahan itu atas pertimbangan pemerintah masih dalam rangkaian perayaan peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia.
’’Hal itu diatur di Peraturan Daerah nomor 11 tahun 1990. Perda tersebut diterbitkan tanggal 6 Juli 1990 pada era Bupati Kudus Kolonel Soedarsono,’’ ujarnya.
Dirinya berharap masyarakat mendapatkan wawasan dari keberadaan spot tersebut. Sehingga semakin banyak pengunjung yang tahu sejarah Kudus.
’’Harapan kami pengunjung mendapatkan wawasan yang luas. Masyarakat menjadi tahu bagaimana peradaban Kudus dari masa ke masa,’’ imbuhnya.
Salah seorang pengunjung asal Pati Nihlatul Mustaqiroh mengatakan dirinya kali pertama datang ke museum. Ia mengaku tertarik dengan spot di area museum.
’’Dapat rekomendasi dari teman. Ternyata spotnya bagus-bagus,’’ imbuhnya.
Editor: Zulkifli Fahmi