”Tetapi dari sisi negatif usia anak-anak sekolah ini masih butuh pendampingan. Kalau sebulan penuh libur sekolah, kekhawatiran kami mereka menghabiskan waktu hanya untuk bermain gadget dan game,” terangnya.
Ia menambahkan, waktu sebulan apabila hanya dihabiskan untuk liburan dengan bermain gadget dan game menurutnya tidak efektif. Dirinya menyarankan ada skema terbaik apabila wacana tersebut jadi diterapkan.
”Kalau jadi diberlakukan minimal ada skema atau arahan yang baik supaya anak-anak ini juga tetap bisa belajar atau menjalankan kegiatan yang positif. Jadi tidak full libur dengan hanya bermain saja,” imbuhnya.
Murianews, Jakarta – Pemerintah mewacanakan libur sekolah selama sebulan penuh pada Ramadan 2025. Wacana tersebut menuai tanggapan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Agama (Kemenag) dan Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kudus.
Kepala Kemenag Kudus, Suhadi, menyebut jika wacana itu memiliki sisi positif dan negatif. Menurutnya, jika wacana ini diterapkan, siswa bisa fokus beribadah selama Ramadan tanpa gangguan aktivitas sekolah.
Namun, di sisi lain, kurangnya pengawasan selama libur panjang dikhawatirkan akan membuat siswa justru menghabiskan waktu untuk bermain.
”Siswa bisa fokus beribadah selama Ramadan. Tetapi dari segi negatif kalau sebulan penuh siswa tidak ada yang mengawasi bisa saja mereka justru bermain terus,” katanya, Rabu (1/1/2025).
Lebih lanjut, pihaknya mengikuti saja apabila nantinya wacana libur sekolah selama Ramadan tersebut direalisasikan. Menurutnya, pemerintah tentu sedang mempersiapkan hal yang terbaik.
”Kami mengikuti saja kebijakan pemerintah. Sampai saat ini belum ada keputusan yang resmi,” imbuhnya.
Hal senada diutarakan Kepala Bidang Pendidikan Dasar Disdikpora Kudus, Jawa Tengah, Anggun Nugroho.
Kekhawatiran...
Ia menilai wacana libur sekolah selama Ramadan tersebut bisa berdampak positif maupun negatif ketika jadi diterapkan. Dari sisi positif menurutnya anak-anak dapat menghabiskan waktu untuk beribadah penuh di bulan Ramadan.
”Tetapi dari sisi negatif usia anak-anak sekolah ini masih butuh pendampingan. Kalau sebulan penuh libur sekolah, kekhawatiran kami mereka menghabiskan waktu hanya untuk bermain gadget dan game,” terangnya.
Ia menambahkan, waktu sebulan apabila hanya dihabiskan untuk liburan dengan bermain gadget dan game menurutnya tidak efektif. Dirinya menyarankan ada skema terbaik apabila wacana tersebut jadi diterapkan.
”Kalau jadi diberlakukan minimal ada skema atau arahan yang baik supaya anak-anak ini juga tetap bisa belajar atau menjalankan kegiatan yang positif. Jadi tidak full libur dengan hanya bermain saja,” imbuhnya.
Editor: Cholis Anwar