Sugeng menyebutkan, penumpukan sampah ini terjadi setiap kali hujan deras turun selama beberapa hari, dan jumlahnya mencapai puluhan ton. Ia pun memperkirakan bahwa pembersihan manual akan memakan waktu sekitar satu pekan.
”Perkiraan kami sepekan lagi baru bisa bersih karena kami membersihkannya manual. Untuk penerjunan alat berat kewenangan BBWS. Kalau kami saat ini cara membersihkannya ya manual,” terangnya.
Meskipun menyadari bahwa penggunaan ekskavator akan mempercepat proses pembersihan, Sugeng menegaskan bahwa kewenangan tersebut berada di tangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
”Karena keterbatasan personel di lapangan sehingga kami lakukan sebisanya berdua. Kemungkinan bisa bersih ya sampai seminggu. Terkait kewenangan mengoperasikan ekskavator itu hanya BBWS yang berwenang,” imbuhnya.
Murianews, Kudus – Bendung Wilalung di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengalami masalah serius akibat penumpukan sampah yang diperkirakan mencapai puluhan ton.
Sampah-sampah tersebut menutupi area Bendung, mengkhawatirkan kondisi aliran air dan lingkungan sekitar.
Sugeng Hartanto, Operator dan Pemeliharaan Bendung Wilalung, menjelaskan penumpukan sampah ini terjadi beberapa hari terakhir.
Terutama saat debit air Bendungan Klambu di Kabupaten Grobogan tinggi dan elevasi Bendung Wilalung mencapai 260 sentimeter.
”Sampahnya berasal dari daerah atas dari Sungai Serang, Sungai Glugu, anak Sungai Lusi. Kebanyakan batang pohon, pohon jagung, bambu dan lainnya. Jumlahnya ada sekitar 40 ton sampah,” katanya kepada Murianews.com, Kamis (13/3/2024).
Akibatnya, lanjutnya, petugas kewalahan dalam penanganan sampah. Ini lantaran personel di Bendung Wilalung sangat terbatas dan hanya ada dua orang. Karena itu, Sugeng dan seorang rekannya hanya bisa membersihkan sampah secara manual.
”Kami bersihkan sebisa mungkin secara manual karena kami hanya dua petugas saja. Penanganan kami lakukan dengan sebatang bambu yang kami beri gantolan besi,” jelasnya.
Penumpukan Sampah Tiap Hujan...
Sugeng menyebutkan, penumpukan sampah ini terjadi setiap kali hujan deras turun selama beberapa hari, dan jumlahnya mencapai puluhan ton. Ia pun memperkirakan bahwa pembersihan manual akan memakan waktu sekitar satu pekan.
”Perkiraan kami sepekan lagi baru bisa bersih karena kami membersihkannya manual. Untuk penerjunan alat berat kewenangan BBWS. Kalau kami saat ini cara membersihkannya ya manual,” terangnya.
Meskipun menyadari bahwa penggunaan ekskavator akan mempercepat proses pembersihan, Sugeng menegaskan bahwa kewenangan tersebut berada di tangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
”Karena keterbatasan personel di lapangan sehingga kami lakukan sebisanya berdua. Kemungkinan bisa bersih ya sampai seminggu. Terkait kewenangan mengoperasikan ekskavator itu hanya BBWS yang berwenang,” imbuhnya.
Editor: Supriyadi