Beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kudus Harjuna Widada mengungkapkan sejumlah sekolah di Kudus kekurangan siswa.
Jumahnya diperkirakan sekitar 20-25 sekolah. Sekolah-sekolah itu jumlah siswa dari kelas satu hingga kelas enam kurang dari 60 anak.
Meski begitu, penggabungan sekolah masih perlu mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya seperti disampaikan Mendikdasmen Abdul Mu’ti.
Murianews, Kudus – Mendikdasmen, Abdul Mu’ti menyebut regrouping sekolah menjadi jalan keluar guna menunjang pembelajaran di sekolah menjadi lebih efektif.
Meski begitu, harus ada beberapa pertimbangan sebelum kebijakan regrouping sekolah dikeluarkan. Salah satunya yakni, mempertimbangkan jarak lokasi sekolah.
Menurutnya, pertimbangan itu sangat penting agar siswa tetap belajar di wilayah desanya masing-masing. Tujuannya agar siswa tetap memiliki nilai-nilai dari masyarakat setempat.
”Jangan sampai sekolahnya jauh nanti jadinya punya teman sekelas tetapi tidak punya teman di kampung,” katanya saat meninjau salah satu sekolah di Kudus, Kamis (20/3/2025).
Ia menilai siswa perlu memiliki teman sekampung halaman. Sebab, memiliki teman di kampung berpengaruh pada pertumbuhan dan pengembangan kepribadian anak-anak.
”Selain itu anak memiliki kedekatan dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial tempat mereka berada,” imbuhnya.
Diketahui, regrouping merupakan penggabungan dua sekolah atau lebih menjadi satu sekolah. Tujuan dari adanya regrouping agar pembelajaran menjadi lebih efektif.
Sejumlah Sekolah Kurang Murid...
Beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kudus Harjuna Widada mengungkapkan sejumlah sekolah di Kudus kekurangan siswa.
Jumahnya diperkirakan sekitar 20-25 sekolah. Sekolah-sekolah itu jumlah siswa dari kelas satu hingga kelas enam kurang dari 60 anak.
Meski begitu, penggabungan sekolah masih perlu mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya seperti disampaikan Mendikdasmen Abdul Mu’ti.
Di mana, regrouping sekolah jangan sampai penggabungan justru mengurangi kohesi sosial para siswa. Yakni, mempertimbangkan jarak dan prioritas penduduk desa.
Editor: Zulkifli Fahmi