KH Anwar Zahid menyampaikan, merawat anak perempuan di era saat ini begitu berat. Orang tua harus lebih berhati-hati merawat anak perempuan.
”Anak perempuan merupakan kesayangan. Sedangkan anak laki-laki merupakan kebanggaan. Makanya merawat anak perempuan harus hati-hati. Kalau keluar malam juga harus didampingi,” ujarnya.
Sedangkan sudut pandang Islam ketiga berkait perempuan, dikatakan KH Anwar Zahid, sebagai seorang istri, perempuan memiliki tugas mendampingi suami. Dalam funggsi ini, perempuan juga berperan untuk mengerem karakter suaminya.
”Istri memiliki peran mengerem karakter suami. Hal yang perlu diketahui itu suami dan istri merupakan pilar utama kehidupan berkeluarga,” jelasnya.
Dalam ceramahnya, KH Anwar Zahid menuturkan, seorang istri harus terbuka dengan suami tanpa ada yang harus ditutup-tutupi. Seorang istri juga hatus menutup kejelekan seorang suami.
”Lihat kelebihan suami dan lupakan kekurangannya,” ujarnya.
Murianews, Kudus – Pendakwah Kondang KH Anwar Zahid menyampaikan empat sudut pandang Islam terkait peranan perempuan. Keempatnya mencakup perempuan sebagai makhluk sosial, perempuan sebagai anak, perempuan sebagai istri dan perempuan sebagai ibu.
Empat sudut pandang Islam terkait perempuan disampaikan KH Anwar Zahid saat datang ke acara yang diselenggarakan oleh Forum Silaturahim Ikatan Alumni Banat NU (ForsikabaNU). Acara tersebut digelar Kamis (24/4/2025) di gedung JHK Kudus, Jawa Tengah.
KH Anwar Zahid menjelaskan, perempuan sebagai makhluk sosial lebih menonjol dibandingkan dengan laki-laki. Hal itu terlihat dari prestasi sekolah yang lebih banyak diraih oleh perempuan.
”Di Pondok pesantren yang khatam Alquran juga lebih sering didominasi perempuan,” katanya, Kamis (24/4/2025).
KH Anwar Zahid kemudian juga menyebut, sebagai makhluk sosial perempuan sebaiknya sering bersosialisasi. Hal itu perlu dilakukan agar perempuan tidak menjadi pribadi yang sombong.
”Kalau di rumah terus hanya sebatas dandan dan berkaca pasti akan merasa paling cantik sehingga menimbulkan rasa sombong,” sambungnya.
Sudut pandang kedua soal perempuan ini, menurut KH Anwar Zahid merupakan lambang keberuntungan. Kondisi itu jauh berbeda dibandingkan pada saat zaman jahiliah yang menganggap perempuan sebagai musibah.
”Perempuan di era sekarang ini merupakan lambang cinta dan kasih sayang,” terangnya.
Merawat Anak...
KH Anwar Zahid menyampaikan, merawat anak perempuan di era saat ini begitu berat. Orang tua harus lebih berhati-hati merawat anak perempuan.
”Anak perempuan merupakan kesayangan. Sedangkan anak laki-laki merupakan kebanggaan. Makanya merawat anak perempuan harus hati-hati. Kalau keluar malam juga harus didampingi,” ujarnya.
Sedangkan sudut pandang Islam ketiga berkait perempuan, dikatakan KH Anwar Zahid, sebagai seorang istri, perempuan memiliki tugas mendampingi suami. Dalam funggsi ini, perempuan juga berperan untuk mengerem karakter suaminya.
”Istri memiliki peran mengerem karakter suami. Hal yang perlu diketahui itu suami dan istri merupakan pilar utama kehidupan berkeluarga,” jelasnya.
Dalam ceramahnya, KH Anwar Zahid menuturkan, seorang istri harus terbuka dengan suami tanpa ada yang harus ditutup-tutupi. Seorang istri juga hatus menutup kejelekan seorang suami.
”Lihat kelebihan suami dan lupakan kekurangannya,” ujarnya.
Seorang Ibu...
Selanjutnya, untuk sudut pandang Islam keempat, perempuan sebagai seorang ibu. Sebagai seorang ibu, perempuan harus menjadi madrasah utama bagi anak-anaknya. Hal itu perlu ditanamkan sejak dini.
”Anak boleh punya guru. Tetapi guru utamanya itu ibunya. Sahabat pernah bertanya kepada Rasullullah siapa yang wajib dihormati maka jawabannya ibumu, ibumu, ibumu lalu bapakmu,” jelas KH Anwar Zahid.
Sebagai seorang perempuan, harus dapat memerankan tiga peran. Pertama sebagai ibu kandung yang harus mengandung putranya dengan ikhklas. Kedua berperan untuk menyusui dan ketiga menjadi ibu guru yang harus mendidik anak dengan cerdas.
”Perempuan harus menjadi ibu yang bisa memerankan tiga peranan secara terpadu,” imbuhnya.
Acara pengajia KH Anwar Zahid tersebut merupakan bagian silaturahmi akbar yang digelar oleh Forum Silaturahim Ikatan Alumni Banat NU (ForsikabaNU). Sebanyak 42 angkatan mulai dari angkatan 1982 sampai 2024 dengan jumlah 2600 peserta ikut meramaikan jalannya acara.
Editor: Budi Santoso