Ungkapan senada disampaikan Ketua PWI Kudus Saiful Annas. Menurutnya, jurnalis tak memiliki niatan arogan dalam melakukan tugasnya, sebab ada kode etik yang harus dipatuhi.
”Ketika keluarga tidak ingin ada publikasi itu merupakan hal wajar. Tetapi harus dipatuhi semua orang, bukan hanya ke wartawan. Di sisi lain relawan juga share (foto dan video, red),” katanya, Kamis (26/6/2025).
Menurutnya, jurnalis justru membantu publikasi kinerja para relawan dalam menanggulangi bencana dan melakukan penyelamatan.
”Hal yang di share teman-teman wartawan pasti kan kerja keras relawan melakukan pencarian korban. Justru hal ini menjadi credit point untuk relawan,” imbuhnya.
”Kami nyatakan permasalahan ini selesai di hari ini. Mari bersama-sama menjalankan profesi sesuai dengan kode etik masing-masing untuk memberikan berita yang baik dan dapat dipercaya,” imbuhnya.
Murianews, Kudus – Kasus intimidasi jurnalis Kudus, Jawa Tengah yang dilakukan oknum relawan saat meliput evakuasi jenazah pendaki perempuan di puncak Natas Angin Gunung Muria berakhir damai.
Oknum relawan tersebut diketahui bernama Muhammad Mukhlis. Ia yang merupakan relawan LPBI NU Kudus meminta maaf atas insiden yang terjadi Rabu (25/6/2025).
Permintaan maaf itu disampaikan di depan awak media saat dipertemukan di Kantor BPBD Kudus, Kamis (26/6/2025).
Hadir di forum itu, Kepala BPBD Kudus Mundir, Ketua LPBI NU Kudus Suqron Haryanto, Ketua IJTI Muria Raya Iwhan Miftakhudin dan Ketua PWI Kudus Saiful Annas.
”Saya atas nama pribadi meminta maaf atas kejadian kemarin,” kata relawan LPBI NU Muhammad Mukhlis.
Ia menjelaskan, perihal gestur menarik baju jurnalis televisi, menurutnya itu di luar kendali dirinya.
”Gestur menarik baju itu di luar kendali saya. Karena kemarin itu saya sudah capek selama proses pencarian. Ke depan tidak akan ulangi lagi,” katanya, Kamis (26/6/2025).
Jadi Pembelajaran...
Ketua LPBI NU Kudus Suqron Haryanto menyampaikan permintaan maaf. Kejadian kemarin itu akan dijadikan pembelajaran.
”Secara kelembagaan maupun secara pribadi kami meminta maaf yang sebesar-besarnya. Kami meminta maaf atas perlakuan kami kepda jurnalis. Hal ini menjadi pembelajaran bagi kami agar ke depannya dapat bersinergi bersama-sama,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua IJTI Muria Raya, Iwhan Miftakhudin menyatakan, insiden intimidasi terhadap jurnalis Rabu (25/6/2026) menjadi edukasi semua pihak. Di mana, kerja jurnalistik dilakukan sesuai kode etik.
”Ada aturan yang perlu diketahui untuk mengadukan produk jurnalistik kami. Kemudian yang perlu diketahui juga kerja kami dilindungi, dan bagi yang menghalangi bisa dipidanakan,” terangnya.
Di kesempatan itu, pihaknya pun menerima permintaan maaf oknum relawan yang melakukan intimidasi jurnalis saat peliputan evakuasi pendaki di Gunung Muria.
Ia yakni, jurnalis Kudus sudah mengetahui batasan peliputan, termasuk dalam pengambilan gambar atau visual korban meninggal.
”Mungkin memang ada miskomunikasi. Di setiap proses peliputan kami menjunjung tinggi hak korban. Kami juga memberitakan fakta. Kami juga tidak mengambil visual korban secara detail,” ujarnya.
Kode Etik...
Ungkapan senada disampaikan Ketua PWI Kudus Saiful Annas. Menurutnya, jurnalis tak memiliki niatan arogan dalam melakukan tugasnya, sebab ada kode etik yang harus dipatuhi.
”Ketika keluarga tidak ingin ada publikasi itu merupakan hal wajar. Tetapi harus dipatuhi semua orang, bukan hanya ke wartawan. Di sisi lain relawan juga share (foto dan video, red),” katanya, Kamis (26/6/2025).
Menurutnya, jurnalis justru membantu publikasi kinerja para relawan dalam menanggulangi bencana dan melakukan penyelamatan.
”Hal yang di share teman-teman wartawan pasti kan kerja keras relawan melakukan pencarian korban. Justru hal ini menjadi credit point untuk relawan,” imbuhnya.
Dengan adanya titik temu itu, Kepala BPBD Kudus, Mundir menegaskan konflik antara oknum relawan dengan jurnalis di Kabupaten Kudus dinyatakan selesai.
”Kami nyatakan permasalahan ini selesai di hari ini. Mari bersama-sama menjalankan profesi sesuai dengan kode etik masing-masing untuk memberikan berita yang baik dan dapat dipercaya,” imbuhnya.