Perjuangannya itu akhirnya membuahkan prestasi dan mendapatkan apresiasi. Di antaranya didapatkan dari PT Pertamina, yakni Pertapreneur Agergator pada Desember 2024 lalu.
Saat itu, Muria Batik Kudus menjadi satu-satunya peserta yang meraih dua penghargaan, yakni Juara Kategori Pemberdayaan Inklusif dan peringkat tiga kategori Agregator.
Saat ini, ia pun masih mendapatkan pendampingan dari PT Pertamina. Salah satu bentuknya yakni dalam hal pemasaran produk batik.
”Peranan PT Pertamina ke saya ya memberikan pendampingan dalam pemasaran dan pengembangan usaha,” jelasnya.
Murianews, Kudus – Kabupaten Kudus, Jawa Tengah memiliki produsen batik yang cukup mentereng. Namanya, Yuli Astuti yang merupakan owner Muria Batik Kudus.
Kiprahnya tak hanya menghidupkan kembali motif batik Kudus yang hampir punah sekitar 1970 karena tak ada lagi penerusnya. Manis pahit perjalanan dilalui Yuli Astuti, owner Muria Batik Kudus hingga akhirnya meraih beragam apresiasi.
Tempat usaha Yuli berlokasi di RT 4 RW 2, Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Produknya membuat kepincut sejumlah tokoh.
Di antaranya anggota DPR RI yang juga putri Presiden kedua RI Titiek Soeharto, Mendikdasmen Abdul Mu’ti. Produk batiknya juga kerap mejeng di beberapa pameran nasional hingga internasional.
Namun, siapa sangka, ada beberapa produknya merupakan hasil karya penyandang disabilitas. Ya, saat ini ada tujuh penyandang disabilitas yang telah diberdayakan Batik Muria Kudus.
Pemberdayaan penyandang disabilitas itu berangkat dari kepedulian Yuli pada kelompok tersebut. Ia merasa prihatin, banyak dari penyandang disabilitas yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak.
”Melihat hal itu saya mencoba untuk memfasilitasi mereka agar mendapat kerja. Karena bagi saya semua orang memiliki peluang yang sama,” katanya, Senin (28/7/2025).
Banyak tantangan yang dihadapi Yuli kala memulai memberdayakan penyandang disabilitas. Butuh kerja keras agar mereka bisa memahami tujuannya.
Gandeng SLBN...
Terutama, pada sisi psikologi di mana, mereka belum bisa membaur bersama pegawainya yang lain. Kendala lainnya yakni bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan mereka.
Ia kemudian memutuskan menggandeng guru SLBN Cendono Kudus. Butuh waktu sekitar dua pekan hingga sebulan, para penyandang disabilitas yang diberdayakan itu akhirnya bisa memproduksi batik sendiri bahkan menghasilkan prestasi.
”Mereka perlu dirangkul terlebih dahulu dan perlu pendekatan dan menggali potensinya terlebih dahulu. Pada akhirnya mereka bisa mencolet, mencanting, menggambar dan lainnya,” terangnya.
Yuli selalu percaya semua membutuhkan proses untuk meraih kesuksesan. Termasuk bagi mereka para penyandang disabilitas.
Ia mencontohkan pada salah satu penyandang disabilitas yang diberdayakannya, Lia Ayu Lestari warga Desa Pasuruhan Kidul, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Kini banyak perubahan yang didapatkannya setelah diajak Yuli.
”Lia ini tuna wicara dan tuna rungu. Awalnya sempat takut ketika bertemu dengan karyawan yang lain. Karena dia memang jarang bersosialisasi, sehari-hari kalau di rumah hanya di kamar. Tetapi sekarang dia sudah berubah dan bisa membatik,” ungkapnya.
Owner Muria Batik Kudus itu kemudian mengungkapkan upayanya menyelamatkan batik tulis motif Kudus. Motif itu hampir punah lantara tak ada lagi pembatik yang memproduksinya pada 1970 lalu.
Lakukan Riset...
”Pada tahun 1970 batik tulis motif Kudus hampir punah karena tidak ada pembatik sama sekali. Berkaca dari hal itu saya mencoba menekuni batik tulis motif Kudus,” jelasnya.
Pada tahun 2005 dirinya mencoba untuk riset terlebih dahulu tentang batik tulis motif Kudus. Berlanjut pada 2006 dirinya mulai meneliti sejarah batik Kudus.
”Saya mencari berbagai literasi tentang sejarah batik Kudus. Termasuk cerita folklornya yang saya tuangkan ke batik. Seperti batik Kudus motif Parijoto, Pakis Aji, Bulusan, Tembakau, dan lainnya,” ujarnya.
Kini, ada 100 motif batik Kudus yang dibuatnya, 20 di antaranya telah dipatenkan. Motif-motif itu ia buat sejak mendirikan Muria Batik Kudus 2005 lalu.
”Produksi batik saya bisa banyak berkat karyawan saya juga. Karena kembali lagi saya tidak dapat bekerja seorang diri. Saya siap apabila mengajari generasi muda yang mau belajar membatik,” ucapnya.
Kini batiknya telah menjamah hampir seluruh negeri, dan bahkan, telah menjangkau negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Raih Prestasi...
Perjuangannya itu akhirnya membuahkan prestasi dan mendapatkan apresiasi. Di antaranya didapatkan dari PT Pertamina, yakni Pertapreneur Agergator pada Desember 2024 lalu.
Saat itu, Muria Batik Kudus menjadi satu-satunya peserta yang meraih dua penghargaan, yakni Juara Kategori Pemberdayaan Inklusif dan peringkat tiga kategori Agregator.
Saat ini, ia pun masih mendapatkan pendampingan dari PT Pertamina. Salah satu bentuknya yakni dalam hal pemasaran produk batik.
”Peranan PT Pertamina ke saya ya memberikan pendampingan dalam pemasaran dan pengembangan usaha,” jelasnya.
Editor: Zulkifli Fahmi