Kemarau Datang, 8 Desa di Kudus Ini Rawan Kekeringan
Zulfa Amila Shaliha
Rabu, 22 Mei 2024 21:50:00
Murianews, Kudus – Kemarau panjang diperkirakan mulai pada bulan Mei dan berakhir pada Oktober 2024. Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ahmad Munaji menyoroti delapan desa rawan kejadian kekeringan dan kebakaran.
Menurut Munaji, delapan desa tersebut tersebar di tiga kecamatan. Di antaranya lima desa di Kecamatan Kaliwungu, yakni Desa Setrokalangan, Kedungdowo, Banget, Mijen dan Papringan.
Kemudia di Kecamatan Undaan ada dua desa, Kalirejo dan Glagahwaru serta di Kecamatan Jekulo ada Desa Gondoarum.
”Delapan desa tersebut sering terdampak kekurangan air, terutama untuk air minum, sanitasi dan lahan pertanian,” ujar Munaji pada Murianews.com, Rabu (22/5/2024).
Untuk itu, kata dia, BPBD bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kudus melakukan tindakan preventif. Di antaranya adalah mengidentifikasi sumber mata air dengan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
”Pihak BPBD menyediakan tendon air untuk delapan desa tersebut. BPBD ready satu juta liter air. Sementara, dari pihak Corporate Social Responsibility (CSR) menyediakan 2,5 juta liter air,” kata Munaji.
Adapun pihak CSR yang dimaksud adalah perusahaan-perusahaan yang aktif di kota kudus. Di antaranya adalah PT Pura, PT Noyorono, PT Pusaka Raya dan PT Sukun.
”Proyek akan dilaksanakan untuk tiga bulan ke depan, setelah itu kita lihat perkembangannya,” ujar Munaji.
Tak hanya kekeringan, peristiwa kebakaran juga sering terjadi di lahan hutan, area pegunungan, dan perkebunan. Adapun desa yang sering terdampak adalah warga daerah Wonosoco, Gebog, Jati dan Dawe.
”Pada 15 Mei kemarin kami melakukan sosialisasi bencana alam untuk menghimbau masyarakat. Kami menekankan agar berhati-hati saat memasak di ruang terbuka, merokok dan aktivitas pemicu lainnya,” pungkas Munaji.
Jika terdapat kejadian, masyarakat bisa menghubungi pihak BPBD, Pemadam Kebakaran (Damkar) atau perusahaan CSR. Ia pun memastikan pihak-pihak tersebut bekerja sama untuk mengatasi bencana dengan cepat.
”24 jam siap siaga. Gratis tidak dipungut biaya. Hanya perlu mengirim lokasi dan rekaman peristiwa. Itu memudahkan kami untuk melakukan penanganan yang tepat,” kata Munaji.
Editor: Supriyadi
Murianews, Kudus – Kemarau panjang diperkirakan mulai pada bulan Mei dan berakhir pada Oktober 2024. Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ahmad Munaji menyoroti delapan desa rawan kejadian kekeringan dan kebakaran.
Menurut Munaji, delapan desa tersebut tersebar di tiga kecamatan. Di antaranya lima desa di Kecamatan Kaliwungu, yakni Desa Setrokalangan, Kedungdowo, Banget, Mijen dan Papringan.
Kemudia di Kecamatan Undaan ada dua desa, Kalirejo dan Glagahwaru serta di Kecamatan Jekulo ada Desa Gondoarum.
”Delapan desa tersebut sering terdampak kekurangan air, terutama untuk air minum, sanitasi dan lahan pertanian,” ujar Munaji pada Murianews.com, Rabu (22/5/2024).
Untuk itu, kata dia, BPBD bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kudus melakukan tindakan preventif. Di antaranya adalah mengidentifikasi sumber mata air dengan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
”Pihak BPBD menyediakan tendon air untuk delapan desa tersebut. BPBD ready satu juta liter air. Sementara, dari pihak Corporate Social Responsibility (CSR) menyediakan 2,5 juta liter air,” kata Munaji.
Adapun pihak CSR yang dimaksud adalah perusahaan-perusahaan yang aktif di kota kudus. Di antaranya adalah PT Pura, PT Noyorono, PT Pusaka Raya dan PT Sukun.
”Proyek akan dilaksanakan untuk tiga bulan ke depan, setelah itu kita lihat perkembangannya,” ujar Munaji.
Tak hanya kekeringan, peristiwa kebakaran juga sering terjadi di lahan hutan, area pegunungan, dan perkebunan. Adapun desa yang sering terdampak adalah warga daerah Wonosoco, Gebog, Jati dan Dawe.
”Pada 15 Mei kemarin kami melakukan sosialisasi bencana alam untuk menghimbau masyarakat. Kami menekankan agar berhati-hati saat memasak di ruang terbuka, merokok dan aktivitas pemicu lainnya,” pungkas Munaji.
Jika terdapat kejadian, masyarakat bisa menghubungi pihak BPBD, Pemadam Kebakaran (Damkar) atau perusahaan CSR. Ia pun memastikan pihak-pihak tersebut bekerja sama untuk mengatasi bencana dengan cepat.
”24 jam siap siaga. Gratis tidak dipungut biaya. Hanya perlu mengirim lokasi dan rekaman peristiwa. Itu memudahkan kami untuk melakukan penanganan yang tepat,” kata Munaji.
Editor: Supriyadi