Aksi yang dilakukan pertama adalah melaksanakan pencegahan gizi buruk dari anak sekolah di SMA/SMK. Hal tersebut dilakukan dengan senam bersama tiap Jum’at, sarapan bersama dan meminum tablet penambah darah bersama bagi siswi.
”Menu sarapan dibawa dari rumah. Kami sarankan yang mengandung protein hewani seperti ikan-ikanan, sayur dan makanan tinggi karbohidrat,” jelas Nuryanto.
Sasaran berikutnya adalah bekerja samad dengan Kementerian Agama untuk memfasilitasi calon pengantin (catin). Diharapkan, catin mendaftarkan diri tiga bulan sebelum pernikahan. Dengan demikian, catin bisa melakukan tripel eliminasi.
Ketika mempersiapkan kehamilan, dinkes juga memiliki layanan Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Ibu hamil bisa melakukan ante natal care (ANC), USG, screening, dan pemeriksaan ulang. Hal tersebut diupayakan untuk meminimalisit penyakit kronis seperti eklansi.
”Kegiatan intervensi sensitif sendiri dilakukan dengan cara edukasi terhadap Ibu dan atau wali anak. Seperti sosialisasi makanan bergizi, ASI eksklusif dan pendampingan,” imbuh Nuryanto.
Pada Bulan Juni mendatang, dinkes akan melakukan penimbangan serentak di seluruh posyandu Kabupaten Kudus. Diharapkan balita dan ibu hamil tingkat kunjungannya 100%.
”Ibu dan anak akan kami data untuk melihat progres penanganan stunting,” ujar Nuryanto.
Murianews, Kudus – Kabupaten Kudus berhasil menempati peringkat empat dalam kasus penurunan stunting di Jawa Tengah (Jateng) di bawah Demak, Pemalang, dan Magelang. Peringkat tersebut diperoleh setelah stunting di Kota Kretek turun menjadi 15,7% di tahun 2023.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus Nuryanto mengatakan, pada tahun 2021, persentase stunting Kudus berada di angka 17,6%.
Kemudian di tahun 2022 naik menjadi 19%, dan baru pada tahun 2023 turun menjadi 15,7%. Penurunan yang signifikan ini diharapkan bisa berlanjut hingga tahun 2024 nanti.
”Harapannya tahun 2024 nanti bisa turun hingga 14%, sesuai dengan komitmen presiden,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Nuryanto kepada Murianews.com, Jumat (31/5/2024).
Untuk merealisasikan hal tersebut, kata dia, dilakukan pendekatan intervensi gizi terintegrasi melalui dua cara. Pertama adalah intervensi gizi spesifik. Cara ini mengintervensi langsung bagaimana pemenuhan gizi ibu hamil sampai usia 23 bulan.
Sementara, intervensi sensitive adalah intervensi yang secara tidak langsung memengaruhi kejadian stunting. Seperti perbaikan pola asuk, bantuan sosial dan lain sebagainya.
”Kegiatan intervensi spesifik bisa mendongkrak keberhasilan 30% pada stunting. Namun, peranan masyarakat untuk mengikuti program ini tak kalah penting,” tambah Nuryanto.
Aksi yang dilakukan pertama adalah melaksanakan pencegahan gizi buruk dari anak sekolah di SMA/SMK. Hal tersebut dilakukan dengan senam bersama tiap Jum’at, sarapan bersama dan meminum tablet penambah darah bersama bagi siswi.
”Menu sarapan dibawa dari rumah. Kami sarankan yang mengandung protein hewani seperti ikan-ikanan, sayur dan makanan tinggi karbohidrat,” jelas Nuryanto.
Sasaran berikutnya adalah bekerja samad dengan Kementerian Agama untuk memfasilitasi calon pengantin (catin). Diharapkan, catin mendaftarkan diri tiga bulan sebelum pernikahan. Dengan demikian, catin bisa melakukan tripel eliminasi.
”Ada screening, pemeriksaan HB, anemia, hepatitis B dan HIV/Aids secara gratis. Jika catin memiliki permasalahan tersebut, dalam jangka tiga bulan akan dibantu,” pungkas Nuryanto.
Ketika mempersiapkan kehamilan, dinkes juga memiliki layanan Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Ibu hamil bisa melakukan ante natal care (ANC), USG, screening, dan pemeriksaan ulang. Hal tersebut diupayakan untuk meminimalisit penyakit kronis seperti eklansi.
”Kegiatan intervensi sensitif sendiri dilakukan dengan cara edukasi terhadap Ibu dan atau wali anak. Seperti sosialisasi makanan bergizi, ASI eksklusif dan pendampingan,” imbuh Nuryanto.
Pada Bulan Juni mendatang, dinkes akan melakukan penimbangan serentak di seluruh posyandu Kabupaten Kudus. Diharapkan balita dan ibu hamil tingkat kunjungannya 100%.
”Ibu dan anak akan kami data untuk melihat progres penanganan stunting,” ujar Nuryanto.
Editor: Supriyadi