Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi perkataan buruk yang disematkan padanya. Dikatakan bodoh, plonga-plongo, hingga disebut Firaun dan tolol, Jokowi tak mempermasalahkannya.

’’Saya tahu, ada yang mengatakan saya ini bodoh, plonga-longo, tidak tahu apa-apa. Firau, tolol. Saya tidak masalah. Sebagai pribadi, saya menerima saja,’’ kata Jokowi dalam Pidato Kenegaraannya di Sidang Tahunan Bersama MPR, DPR, DPD RI dalam rangka HUT Ke-78 Kemerdekaan RI, Rabu (16/8/2023).

Jokowi menyadari, di era kemajuan teknologi media sosial, apapun bisa disampaikan langsung padanya. Tak terkecuali ejekan, makian dan fitnah.

Ia menyebut, menjadi Presiden memang tak senyaman seperti yang dipersepsikan. Ada tanggung jawab besar yang harus diemban dan banyak permasalahan rakyat yang harus diselesaikan.

Namun, di sisi lain, Jokowi sedih dengan fenomena itu. Ia menyebut, budaya santun dan budi pekerti luhur bangsa sudah mulai hilang.

’’Tapi yang membuat saya sedih, budaya santun dan budi pekerti luhur bangsa ini tampak mulai hilang. Kebebasan dan demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah. Polusi di wilayah budaya ini sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia,’’ katanya.

Jokowi juga menyebut, mayoritas masyarakat sudah jenuh dan kecewa dengan banyaknya polusi budaya itu. Di sisi lain, adanya cacian dan makian itu juga justru membangun Nurani bangsa untuk bersatu.

’’Memang tidak semua seperti itu. Saya melihat mayoritas masyaraakt juga sangat kecewa dengan polusi budaya tersebut. Cacian dan makian yang ada justru membangun nurani bangsa untuk bersatu menjaga moralitas ruang publik, bersatu menjaga mentalitas masyarakat sehingga kita bisa tetap melangkah maju, menjalankan transformasi bangsa menuju Indonesia Maju, menuju Indonesia Emas 2045,’’ katanya.

Jokowi pun mengingatkan cita-cita menuju Indonesia Emas 2045 dan menjadi negara lima besar kekuatan ekonomi dunia. Kesempatan yang ada, lanjut Jokowi, tidak boleh digunakan untuk hal yang negatif.

’’Tidak hanya peluang saja, tapi strategi untuk meraihnya sudah ada, sudah dirumuskan. Tinggal apakah kita mau memfokuskan energi kita untuk bergerak maju, atau justru membuang energi kita untuk hal-hal yang tidak produktif yang memecah belah, bahkan membuat kita melangkah mundur,’’ urainya.

 

Komentar