Pemilu 2024
Dirty Vote Tayang: Oligarki Mengoyak Perjuangan Pahlawan
Zulkifli Fahmi
Senin, 12 Februari 2024 09:34:00
Murianews, Jakarta – Penayangan film dokumenter Dirty Vote yang dibawakan tiga ahli tata negara, Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar memantik beragam komentar publik.
Film yang mengulas struktrur dan grand desain dugaan kecurangan pemilu ini pun trending topic di X atau dulu disebut Twitter usai tayang perdana.
Banyak warganet marah dengan dugaan kecurangan Pemilu yang terjadi selama ini setelah menonton film tersebut.
Salah satu warganet, @irasjafii mencuitkan dia telah menonton film dokumenter tersebut. Menurutnya film ini telah membuatnya menangis karena perjuangan para pahlawan telah dikoyak oligarki.
”Nangis nonton ini. Oligarki mengoyak perjuangan pahlawan kita dulu. Merusak pilar negara: konstitusi dan demokrasi,” tulisnya.
Kesedian juga diungkapkan akun lainnya, @ViantyTJP. Ia menyebut branding yang dibangun Jokowi selama sembilan tahun dihancurkan hanya hitungan bulan.
”Lihat flashback Pak Jokowi, rasanya sedih. Branding yg dibangun 9 tahun, dihancurkan hanya hitungan bulan. Duh,” cuitnya.
Kemarahan lainnya diungkapkan akun @afifahafra79. Ia pun berharap Allah menurunkan kekuasaan-Nya untuk menghancurkan kecurangan-kecurangan yang terjadi.
”Ya Allah, turunkan kekuasaanMu untuk menghancurkan kecurangan ini,” katanya.
Alissa Wahid, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian juga turut mengomentari difilm Dirty Vote lewat akun X miliknya. Ia menyebut tiga pakar hukum tata negara yang mengisi film ini, Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar merupakan pejuang demokrasi yang kredibilitasnya tak perlu diragukan.
”Dirty Vote. Diisi oleh 3 Pejuang Demokrasi yang dihormati oleh para aktivis se-Indonesia. Rekam jejak dan kredibilitas jelas. Diproduksi oleh WatchDoc, produsen film-film dokumenter, penerima penghargaan Magsaysay Award yang dianggap sebagai Nobel Asia. Percaya? Ya iyalah," cuitnya.
Diketahui, film dokumenter eksplanatori ini disampaikan tiga orang ahli hukum tata negara yaitu Bivitri Susanti,Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar. Ketiganya mengungkap
Mereka menerangkan betapa berbagai instrument kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan Pemilu 2024. Dalam penjelasannya, banyak proses yang menabrak dan merusak tatanan demokrasi.
”Saya mau terlibat dalam film ini karena banyak orang yang akan makin paham bahwa memang telah terjadi kecurangan yang luar biasa sehingga Pemilu ini tidak bisa dianggap baik-baik saja,” kata Bivitri dikutip Murianews.com di YouTube Dirty Vote, Senin (12/2/2024).
Bivitri juga menyebut, kecurangan-kecurangan yang terjadi tidak boleh didiamkan atas nama kelancaran Pemilu.
Feri Amsari menyebut, film Dirty Vote ini dianggap akan mampu mendidik publik untuk melihat betapa curangnya Pemilu saat ini.
”Film ini dianggap akan mampu mendidik publik betapa curangnya Pemilu kita dan bagaimana politisi telah mempermainkan publik pemilih hanya untuk memenangkan kepentingan mereka,” ujarnya.
Zainal Arifin Mochtar pun berpesan untuk menjadikan film ini sebagai landasan penghukuman dan tagihan. Ia menyebut film ini momentum tagihan karena kita punya peranan besar melahirkan seorang Jokowi.
”Film ini adalah monumen tagihat monumen yang akan kita ingat bahwa kita punya peranan besar melahirkan orang yang bernama Jokowi,” katanya.
Film dokumenter ini disutradarai Dandhy Dwi Laksono. Ada 20 lembaga yang terlibat dalam produksi film ini.
Ke-20 lembaga itu adalah Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, Fraksi Rakyat Indonesia, Greenpeace Indonesia, Indonesia Corruption Watch, Jatam, Jeda Untuk Iklim, KBR, LBH Pers, Lokataru, Perludem, Salam 4 Jari, Satya Bumi, Themis Indonesia, Walhi, Yayasan Dewi Keadilan, Yayasan Kurawal, dan YLBHI.



