Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan meminta China mentransfer teknologi sawah padi di 1 juta hektare lahan di Kalimantan Tengah.

Permintaan itu disampaikan usai Pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism, (HDCM) RI-Republik Rakyat China (RRC) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, belum lama ini.

Dalam penjelasan Luhut, Kalimantan Tengah memiliki luas lahan 1 juta hektare. Namun, China akan mencoba penanaman di 100 ribu hektare lebih dulu.

“Soal padi, saya sudah lapor pak Presiden. Kita minta mereka (China) memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sukses jadi swasembada. Mereka bersedia. Kita tinggal cari local partner-nya untuk membuat di Kalimantan Tengah,” ucap Luhut seperti dikutip dari Instagram miliknya, @luhut.pandjaitan, Jumat (26/4/2024).

Rencana itu pun dikritik keras Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa. Melansir dari Tempo.co, Andreas mengatakan 1 juta hektare merupakan lahan yang terlalu luas.

Apalagi, Andreas melanjutkan, itu masih rencana awal. Menurutnya, bila masih tahap rencana awal, harusnya menggunakan lahan sedikit lebih dulu. Ketika berhasil baru ditambah.

”Tidak masuk akal dan pasti gagal. Gitu aja lah kalau bicara 1 juta hektare pasti gagal. Terlalu luas terus nanti yang garap siapa,” kata Andreas, seperti dikutip Murianews.com, Jumat (26/4/2024).

Andreas mengatakan, pemerintah mestinya belajar dari pengalaman food estate sebelumnya. Di mana pada era Presiden Soeharto 25 tahun lalu, kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) luas tanah yang dipakai juga berjuta hektare, namun akhirnya gagal.

Menurutnya, pemerintah mestinya konsisten dalam melakukan pembenahan. Ia berpendapat, pemerintah mestinya menargetkan ribuan hektare lebih dulu.

”Kalau mau target ribuan hektare dulu lah. Puluhan ribu saja bukan sesuatu yang gampang sangat sulit. Mungkin, kalau perkiraan saya sampai 50 ribu itu sudah super luar biasa,” ucapnya.

Meski begitu, Andreas mengaku belum mengetahui soal teknologi apa yang bakal diterapkan dalam adaptasi yang dilakukan dari sawah China, apakah benih atau irigasi. Dia menilai sebenarnya produksi padi di Indonesia jauh lebih baik dari negara lain.

Indonesia sebenarnya dari sisi kualitas benih sudah ada beberapa sudah ada yang dikembangkan. Hasilnya cukup menjanjikan kalau dari sisi teknologi.

”China mau bantu Indonesia yang mana dulu, atau bantu dari pendanaan dalam arti didanai semuanya karena pembiayaannya sangat besar. Apakah di sana atau pemerintah yang menyiapkan semuanya lalu China tinggal masuk ke Indonesia melakukan Budi daya terkait teknologi mereka kan bisa juga seperti itu kita masih belum jelas,” tuturnya.

Komentar