Murianews, Makassar – Perempuan dinilai paling rentan menjadi korban atau sasaran politik uang dalam kontestasi politik. Peran ganda perempuan menjadi salah satu alasannya.
Ketua Yayasan Swadaya Mitra Bangsa (Yasmib) Sulawesi Rosniady Azis mengatakan, perempuan memiliki peran ganda yang juga selalu mementingkan pangan keluarga.
Apalagi, di tengah melonjaknya seluruh harga komoditas pangan.
"Mereka tahu bahwa rakyat, apalagi perempuan, dihadapkan dengan biaya hidup, biaya keluarga yang semakin tinggi. Itu yang dilihat oleh calon," kata Rosniady, seperti dikutip dari Antara, Rabu (6/11/2024).
Kondisi itu membuat banyak perempuan memilih calon tertentu dengan melihat imbalan finansial yang diberikan ketimbang melihat program dan visi-misi para calon.
Lebih lagi, isu kemiskinan selalu menjadi ’’komoditas’’ yang acap kali di eksploitasi para calon. Mereka tahu betul itu sehingga memanfaatkannya guna mendapatkan suara.
Dalam agenda yang diikuti, sejumlah organisasi perempuan di Sulawesi Selatan, seperti Yayasan Pemerhati Masalah Perempuan (YPMP) Sulsel, Yayasan Swadaya Mitra Bangsa (Yasmib) Sulawesi.
Kemudian, komunitas Solidaritas Perempuan (SP) Anging Mammiri, Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) Sulsel, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Sulsel, dan YLK Sulsel menyerukan Pilkada bebas korupsi dan politik uang.
Politik Uang Sangat Merajalela
Meskipun mereka menilai fenomena ini sebagai tantangan. Terlebih, politik uang sudah sangat merajalela di Indonesia.
Rosniady juga menyerukan agar Bawaslu lebih proaktif menangani praktik politik uang yang menargetkan perempuan. Menurutnya, Bawaslu seharisnya semakin memperketat pengawasan.
’’Ketika ada transaksi itu, ketika Anda (Bawaslu) mendengar ada dugaan (politik uang), harus segera turun,’’ kata Rosniaty.
Rosniaty menekankan pentingnya bahwa mencegah politik uang harus dimulai dari sendiri. Menurutnya, sudah saatnya pemilih mulai berpikir cerdas.