Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Junior Researcher Monash University Indonesia, Lucky Susanto mengatakan, menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) ujaran kebencian mengalami trend yang meningkat.

Dalam penelitian yang dilakukan CSIS Indonesia, terdapat ujaran kebencian sebanyak 1,35 persen. Namun, setelah dicek ulang, ujaran ujaran kebencian di Indonesia dari 2023 hingga 2024 sebanyak 13 persen.

’’Jadi ada peningkatan sekitar 10 kali lipat dalam rasio itu,’’ ujarnya dalam acara Indonesia Fact Checking Summit (IFCS) 2024, Kamis (7/11/2024).

Ujaran kebencian itu meningkat di seluruh platform media sosial, di antaranya Twitter, Instagram, dan Facebook.

Menurutnya, kayanya sumber daya alam dan kekayaan budaya Indonesia bisa menyebabkan perpecahan antarsesama. Sebagai contoh, kasus ujaran kebencian di Indonesia pada 2018.

Saat itu, pihaknya menemukan adanya kampanye kebencian terhadap etnis china. Kemudian, pada 2020 terjadi sentiment negatif terhadap syiah dan 2022 sentiman anti-Kristen di politik.

’’Pada 2024 ada juga ujaran kebencian terhadap pengungsi Rohingya. Jadi sudah jelas ya kalau kit aitu perlu melawan ujaran kebencian di Indonesia,’’ katanya.

Untuk tipe-tipe ujaran kebencian yang sering muncul adalah serangat terhadap identitas. Adapun kelompok yang diserang, kelompok yahudi atau Israel menjadi yang tertinggi.

Penyandang Disabilitas

Komentar