Dalam penelitian yang dilakukan CSIS Indonesia, terdapat ujaran kebencian sebanyak 1,35 persen. Namun, setelah dicek ulang, ujaran ujaran kebencian di Indonesia dari 2023 hingga 2024 sebanyak 13 persen.
Ujaran kebencian itu meningkat di seluruh platform media sosial, di antaranya Twitter, Instagram, dan Facebook.
Menurutnya, kayanya sumber daya alam dan kekayaan budaya Indonesia bisa menyebabkan perpecahan antarsesama. Sebagai contoh, kasus ujaran kebencian di Indonesia pada 2018.
Saat itu, pihaknya menemukan adanya kampanye kebencian terhadap etnis china. Kemudian, pada 2020 terjadi sentiment negatif terhadap syiah dan 2022 sentiman anti-Kristen di politik.
’’Pada 2024 ada juga ujaran kebencian terhadap pengungsi Rohingya. Jadi sudah jelas ya kalau kit aitu perlu melawan ujaran kebencian di Indonesia,’’ katanya.
Untuk tipe-tipe ujaran kebencian yang sering muncul adalah serangat terhadap identitas. Adapun kelompok yang diserang, kelompok yahudi atau Israel menjadi yang tertinggi.
Murianews, Kudus – Junior Researcher Monash University Indonesia, Lucky Susanto mengatakan, menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) ujaran kebencian mengalami trend yang meningkat.
Dalam penelitian yang dilakukan CSIS Indonesia, terdapat ujaran kebencian sebanyak 1,35 persen. Namun, setelah dicek ulang, ujaran ujaran kebencian di Indonesia dari 2023 hingga 2024 sebanyak 13 persen.
’’Jadi ada peningkatan sekitar 10 kali lipat dalam rasio itu,’’ ujarnya dalam acara Indonesia Fact Checking Summit (IFCS) 2024, Kamis (7/11/2024).
Ujaran kebencian itu meningkat di seluruh platform media sosial, di antaranya Twitter, Instagram, dan Facebook.
Menurutnya, kayanya sumber daya alam dan kekayaan budaya Indonesia bisa menyebabkan perpecahan antarsesama. Sebagai contoh, kasus ujaran kebencian di Indonesia pada 2018.
Saat itu, pihaknya menemukan adanya kampanye kebencian terhadap etnis china. Kemudian, pada 2020 terjadi sentiment negatif terhadap syiah dan 2022 sentiman anti-Kristen di politik.
’’Pada 2024 ada juga ujaran kebencian terhadap pengungsi Rohingya. Jadi sudah jelas ya kalau kit aitu perlu melawan ujaran kebencian di Indonesia,’’ katanya.
Untuk tipe-tipe ujaran kebencian yang sering muncul adalah serangat terhadap identitas. Adapun kelompok yang diserang, kelompok yahudi atau Israel menjadi yang tertinggi.
Penyandang Disabilitas
Dan secara berurutan diikuti penyandang disabilitas, etnis tionghoa, Kristen, LGBTQ+.
Menariknya, ujaran kebencian yang tersebar di media sosial, justru lebih rendah dari komentar dan like yang diberikan pada unggahan tersebut.
’’Yang menarik meskipun dari Instagram jumlah postingan yang mereka miliki itu hanya 2.452 yang merupakan ujian kebencian tapi partisipasi masyarakat dengan teknik ujaran kebencian itu sangat tinggi, mencapai 457.000 komentar dan juga 8 juta like yang mereka berikan,’’ ujarnya.
Dari temuannya itu, Lucky berpendapat, media sosial memiliki tanggung jawab yang besar. Termasuk juga dalam membantu melawan ujaran kebencian.
Pertama yang melakukan identifikasi terhadap kelompok rendan dan melakukan kolaborasi dengan platform media sosial lainnya. Selanjutnya, melakukan pemeriksaan algoritma.
’’Jadi agar tidak mempromosikan konten hate speech dan yang dan yang terakhirnya adalah publikasi access API untuk jurnalis ahli dan perriset,’’ jelasnya.
Terkait terjadinya ujaran kebencian saat Pilkada, pihaknya merekomendasikan bagi pengurus pilkada.
Di mana, sudah tidak diragukan, siapapun memiliki pendapat yang berbeda untuk mencapai tujuan. Itu pun dapat meningkatkan atau memicu pertikaian antarsesama.
Lakukan Pemonitoran
’’Jadi rekomendasi kami bagi pengurus adalah melakukan pemonitoran dan melaporkan ujaran kebencian di masyarakat,’’ sarannya.
Selanjutnya bermitra dengan masyarakat sipil, para ahli dan organisasi lainnya. Kemudian, menyelenggarakan pelatihan untuk penyelenggara regional dalam memonitor dan melawan ujaran kebencian.
Untuk para jurnalis, ia berharap agar dapat mempromosikan kesadaran kalangan masyarakat serta membudayakan pengecekan fakta.
’’Terutama terhadap treatment yang dikeluarkan oleh influencer-influencer yang ada di sosial media. Selanjutnya, nah terakhir bagi kita para pengguna sosial media, kita juga memiliki sebuah wewenang untuk bertanggung jawab lebih dalam menggunakannya,’’ harapnya.
Di mana, ketika menemukan postingan berbau ujaran kebencian, langkah pertama yakni dengan melakukan cek fakta. Kemudian melakukan perlawanan pada ujaran kebencian dan terakhir adalah melaporkannya.