Profil Gus Baha yang Dijagokan Jadi Pengganti Gus Miftah
Zulkifli Fahmi
Senin, 9 Desember 2024 11:46:00
Murianews, Rembang – Nama KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mencuat untuk jadi pengganti Gus Miftah Maulana Habiburrahman. Sejumlah warganet menjagokan dia untuk mengisi posisi Gus Miftah sebagai Utusan Presiden.
Sebagaimana diketahui, Gus Miftah memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Utusan Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, Jumat (6/12/2024).
Gus Miftah mundur usai aksi tak terpujinya viral di media sosial. Dalam video yang beredar Gus Miftah menghina penjual es teh bernama Sunhaji warga Desa Banyusari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
Gus Miftah sendiri sudah meminta maaf pada Sunhaji dan publik atas aksi tak terpujinya itu. Ia juga telah ditegur Presiden Prabowo hingga akhirnya menyatakan mundur dari jabatannya.
Presiden Prabowo pun mulai ancang-ancang untuk mencari pengganti Gus Miftah. Salah satu yang mencuat yakni Gus Baha.
Nama Gus Baha dianggap cocok lantaran pribadinya yang sederhana. Pria asal Narukan, Rembang ini juga dikenal dapat merangkul semua kalangan.
Profil Gus Baha...
Melansir dari laman ngajigusbaha.id, Gus Baha lahir dari keluarga pesantren. Ayahnya KH Nursalim merupakan ulama yang mewarisi tradisi keilmuan dari KH Arwani asal Kudus dan KH Abdullah Salam.
Sejak kecil, Gus Baha dididik langsung ayahnya, terutama dalam hafalan Alquran dan qira’at. Ia pun telah khatam Alquran beserta sanadnya dengan standar tajwid dan makhraj yang tetat.
Saat remaja, Gus Baha kemudian berguru dengan KH Maimoen Zubair di Pesantren Al Anwar, Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Selama itu, ia mendalami fiqih, tafsir, dan hadis serta menjadi santri dengan hafalan terbanyak.
Gus Baha dikenal menguasai kitab-kitab klasik seperti Shahih Muslim dan Fathul Mu’in. Ia juga hafal gramatika Arab seperti Alfiyah Ibnu Malik.
Kesederhanaan dia menjadi ciri khas yang melekat hingga kini. Dalam kesehariannya, Gus Baha mencerminkan akhlak seorang ulama yang rendah hati dan membumi.
Kesederhanaan itu merupakan hasil didikan ayahnya yang mengajarkan nilai Alquran dalam keluarga secara ketat. Bahkan, saat menikah, ia berangkat sendiri ke Pasuruhan.
Jadi Dewan Tafsir Nasional…
Pada 2003, Gus Baha sempat pindah ke Yogyakarta dan memulai kehidupan baru bersama keluarganya. Di sana ia tetap mengajar para santri dengan menyewa rumah sederhana.
Ketika yang ayah meninggal pada 2005, Gus Baha kembali ke Narukan Rembang untuk melanjutkan pesantren ayahnya. Meski begitu, Gus Baha masih rutin mengajar di Yogyakarta setiap bulannya.
Keilmuannya di bidang tafsir bahkan sudah diakui secara nasional. Ia pun ditunjuk menjadi anggota Dewan Tafsir Nasional dan aktif di Lembaga Tafsir Alquran Universitas Islam Indonesia (UII).
Kemampuannya mengurai ayat-ayat hukum dalam Alquran membuatnya dijuluki mufassir faqih. Meski tidak bergelar akademik, beliau sejajar dengan para ahli tafsir berpendidikan formal.
Di tengah kesibukannya, Gus Baha tetap meluangkan waktu untuk mengisi pengajian rutin di berbagai tempat. Beliau membagi waktu antara mengasuh pesantren di Rembang, mengajar di Yogyakarta, dan pengajian di Bojonegoro.
Dengan ilmu yang mendalam dan kehidupan yang sederhana, Gus Baha menjadi ulama panutan bagi umat Islam Indonesia. Akhlaknya yang mulia dan pembawaannya yang bersahaja menjadikan beliau sosok yang dihormati di berbagai kalangan.



