Kamis, 20 November 2025

Murianews, Flores – Akhir tragis dialami Prada Lucky Cepril Saputra Namo. Anggota TNI AD di Batalyon Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere, Nagekeo, NTT meninggal diduga dianiaya senior di asrama.

Meski sempat menjalani perawatan selama empat hari di Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo, Nagekeo, nyawa Prada Lucky tak tertolong. Ia akhirnya meninggal Rabu (6/8/2025) pukul 10.30 Wita.

Melansir dari CNNIndonesia.com, sebanyak 20 orang prajurit TNI AD diperiksa dalam kasus ini. Waka Pendam IX/Udayana Letkol Amir Syarifudin mengatakan, mereka diperiksa sebagai saksi.

Dari 20 orang itu, empat diantaranya diamankan Sudenpom Kupang. Namun, Amir belum mengetahui status keempat orang tersebut, sebab masih proses investigasi.

Dandim 1625 Ngada, Letkol Czi Deny Wahyu Setiyawan tak membeberkan identitas empat prajurit yang ditangkap itu. Namun, mereka telah ditahan di ruang tahanan Sub Detasemen Polisi Militer (Subdenpom) Ende.

”Betul, sudah ada (empat prajurit TNI) yang diamankan oleh pihak POM yang terindikasi kuat melakukan penganiayaan hingga korban mengalami trauma berat saat masuk ICU,” kata Deny.

Sudenpom Kupang dan Intelijen sudah turun ke TKP untuk mengupas peristiwa meninggalnya Prada Lucky. Mereka pun mengklaim akan mengusut kasus itu secara transparan dan profesional dengan berpegang pada hukum yang berlaku.

Sementara itu, Paman Lucky, Rafael David mengatakan, Lucky baru dua bulan menjadi seorang prajurit.

Mei dilantik... 

Ia mulai mengikuti pendidikan di sekolah calon tamtama (Secatam) TNI AD di singaraja, Bali sejak Februari 2025. Lalu pada akhir Mei 2025, korban pulang setelah dilantik menjadi anggota TNI AD.

Setelah dilantik, Lucky kemudian ditugaskan di Batalyon Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere (Yon TP 834/WM) di Kabupaten Nagekeo, NTT.

”Dia baru dua bulan jadi tentara, dia selesai pendidikan Bulan Mei, lalu Juni di tempatkan di sana (Yon TP 834/WM),” kata Rafael.

Ayah kandul Prada Lucky, Serma Kristian Namo  mendesak agar kasus kematian putranya diusut tuntas. Ia pun mendesak seluruh pelaku dihukum mati agar tak ada lagi korban serupa.

”Saya tuntut keadilan, kalau bisa semua dihukum mati biar tidak ada Lucky-Lucky yang lain, anak tentara aja dibunuh apalagi yang lain. Hukuman cuma dua buat (pelaku), hukuman mati dan pecat (bagi para pelaku) tidak ada di bawah itu,” sambungnya.

Ibu Lucky, Sepriana Paulina Mirpey mengaku tak bisa menerima anaknya meninggal dengan cara tragis. Ia mengaku sangat sakit hati dan tak pernah menyangka anaknya yang baru menjadi TNI menjadi korban kekerasan para seniornya sendiri.

Padahal, Lucky telah delapan kali mengikuti tes menjadi TNI. ”Kalau (para pelaku) tidak diproses lebih baik bunuh saya saja, saya sakit hati kalian buat anak saya seperti ini,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, anaknya pernah bercerita dicambuk oleh sniornya. Bahkan, anaknya sempat melarikan diri ke rumah mama angkatnya dalam kondisi badannya hancur semua mulai dari kedua tangan, kaki dan belakang.

Ada Luka Lebam... 

”Dia lari ke bawah ke rumah mama angkatnya itu badannya hancur semua dari tangan dua-dua, kaki, belakang, mama angkatnya masih kompres, gosok minyak,” ujarnya.

Terpisah, Direktur RSUD Aeremo Chandrawati Saragih mengungkapkan ada lebam di tubuh Prada Lucky. Namun, ia tak menanggapi kabar adanya luka sayat pada tubuh prajurit TNI berusia 23 tahun itu.

Kendati demikian, Chandrawati belum bisa memberikan penjelasan lebih lanjut terkait kondisi Lucky selama menjalani perawatan di RSUD Aeramo.

”Nanti saya kumpulkan data baru saya jawab ya,” ujarnya.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler