Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Pada 1916, usai melanjutkan studinya ke Makkah, KHR Asnawi pulang ke Indonesia, tepatanya di kampung halamannya di Kudus.

Misinya saat itu adalah satu, yakni menyebarkan ilmu, pengetahuan, serta pengalamannya kepada generasi muda di Indonesia khususnya warga Kudus. Karena itulah, dia pun mendirikan sebuah madrasah bernama Qudsiyyah. Lembaga pendidikan itu bahkan masih eksis sampai kini.

Baru-baru ini, ikatan alumni mereka juga menyuarakan dukungannya untuk mendukung KHR Asnawi guna memperoleh gelar pahlawan nasional.

Itu disuarakan Ikatan alumni Qudsiyyah (IKAQ) Kudus dalam Kongres kedua mereka di Pendapa Kabupaten Kudus, baru-baru ini.

Sekretaris umum IKAQ Abdul Jalil menyebut IKAQ sangat mendukung pengusulkan KHR Asnawi yang merupakan pendiri Qudsiyyah sebagai pahlawan Nasional.

”Kongres II IKAQ mendukung penuh usulan tersebut karena beliau telah meninggalkan banyak legacy, terutama dalam hal menanamkan dan menggerakkan nasionalisme keagamaan,” tuturnya.

Dalam buku saku yang diterbitkan Yayasan Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) KHR Asnawi juga terungkap bahwa KHR Asnawi merupakan sosok ulama pejuang. Dia menjadi penggerak dan perintis perlawanan terhadap kembalinya sekutu ke tanah air, khususnya Kudus.

Tepatnya pada 21 Juli 1947 di mana Belanda melakuikan agresi militernya yang pertama melalui Pantai Jepara. Kabupaten Kudus kala itu juga tidak luput dari serbuan pesawat tempur P-15 yang menembaki pelurunya di Stasiun Kereta Api Wergu, Pabrik Muriatex dan Paseban Kabupaten.

Keberadaan Hizbullah ini menjadi salah satu benteng untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Laskar Hizbullah bertempur menghadapi perlawanan tentara sekutu.

Jauh sebelum itu, KHR Asnawi juga terus menggaungkan nasionalisme melalui organisasi Sarekat Islam. Dia selalu menggelorakan ketaantan dan fanatisme terhadap ajaran Islam sebagai salah satu landasan perlawan terhadap kebijakan kolonialisme.

KHR Asnawi pun ikut memumpin perluasan Masjid Menara Kudus. Kemudian ketika terjadi pergolakan akibat ketidakadilan pemerintah kolonial, SI Kudus mendapat pengikut yang kuat.

Asnawi juga kerap memberikan fatwa-fatwa melawan penjajahan kolonialisme. Dia dengan tegas menolak ajakan untuk bergabung ke kolonialisme dengan iming-iming menjadi hakim agama di Kudus.

Editor: Supriyadi

Komentar

Terpopuler