Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Tradisi Sewu Kupat di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah sukses digelar kembali pada Rabu (17/4/2024). Meski sempat vakum selama enam tahun, nyatanya tradisi ini sudah ada sejak dulu dan memiliki makna yang mendalam.

Pada tahun 2024 sendiri, tradisi sewu kupat ini dikemas dalam acara Festival Sewu Kupat Muria Kudus 2024. Walau berbeda dari segi penyebutan acara, namun maknanya tetap sama.

Ketua Panitia Antono mengatakan, tidak ada esensi yang berubah dalam gelaran tradisi ini. Hanya saja panitia mengemasnya dengan lebih menarik agar semakin meriah dan menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Kudus.

Terkait makna, Antono menyebutkan sewu atau seribu itu bukan berarti jumlah ketupat yang dibawa itu berjumlah sebanyak seribu ketupat. Seribu di sini memiliki makna berbondong-bondong atau bebarengan, sengkuyung dan bersama-sama.

Kemudian kupat atau ketupat, memiliki bahasa Jawa, yaitu 'ngaku lepat' (mengakui kesalahan dan laku papat, empat tindakan). Tindakan yang dimaksud adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

”Jadi singkatnya di tradisi ini, semua masyarakat di Kecamatan Dawe mengakui kesalahan dan kemudian saling memaafkan, di suasana Lebaran Ketupat ini,” kata Antono di sela kegiatan.

Pada tahun ini ada sebanyak 18 desa di Kecamatan Dawe yang berpartisipasi. Mereka secara swadaya membuat gunungan dan ikut menyemarakkan tradisi peninggalan nenek moyang ini.

”Tahun ini ada 18 desa dengan total gunungan ada 24 buah, ini menjadi sebuah bentuk pelestarian budaya yang sudah ada sejak era Sunan Muria,” ucap Antono di sela kegiatan.

Sebagai bentuk apresiasi dari panitia, gunungan-gunungan yang dibuat para desa dengan dana swadaya itupun dinilai. Gunungan yang paling bagus dan baik, akan mendapatkan hadiah uang tunai dan piala bergilir.

Di tahun ini, tradisi Sewu Kupat memang tidak mendapat support dana dari APBD. Semua pembiayaan kegiatan dilaksanakan secara swadaya dan dengan dukungan dari pihak swasta, seperti PT Sukun Wartono Indonesia dan sejumlah sponsor lainnya.

”Kegiatan ini lebih kepada dari masyarakat untuk masyarakat, semua unsur di Kecamatan Dawe ini kami libatkan, sehingga memang ini murni dari masyarakat dan sebagai bentuk menjaga tradisi nenek moyang,” ungkap Antono.

 

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler