Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Suluk Maleman edisi ke-164 yang digelar pada Sabtu (16/8/2025) menjadi salah satu momen spesial. Pada malam yang bertepatan dengan tirakatan menjelang Hari Kemerdekaan itu, masyarakat diajak memaknai kembali arti kemerdekaan.

Penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Ba’asyin, menyebut, banyak pengertian kemerdekaan yang perlu dimaknai ulang. Terlebih setelah Republik Indonesia memasuki usia ke-80 tahun.

“Seperti kita tahu, kemerdekaan diproklamasikan Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Saat itu yang ada adalah entitas bangsa, belum ada negara. Negara yang kemudian diberi nama Republik Indonesia baru dibentuk pada 18 Agustus, sehari setelah proklamasi,” terang Anis.

Hal tersebut, lanjutnya, menunjukkan bahwa bangsa adalah pemilik sah mutlak pendirian Republik Indonesia.

“Bangsa inilah yang membentuk negara. Sementara negara kemudian mendelegasikan sebagian fungsi pelaksanaannya kepada pemerintah dengan segala turunannya,” imbuhnya.

Anis mengingatkan, siapa pun yang diberi amanah untuk mengelola negara dan pemerintahan tidak boleh melupakan sangkan-paran-nya, yakni asal dan tujuan. Asalnya adalah bangsa ini, seluruh rakyat Republik Indonesia. Karena itu, siapa pun yang diberi amanat mengelola negara harus memosisikan diri sebagai representasi rakyat dan bekerja untuk kepentingan mayoritas mereka.

“Bila asal ini dilupakan, negara dan pemerintah akan berubah menjadi entitas tersendiri yang terputus dari bangsa. Dari sinilah muncul pembajakan. Negara dan pemerintah tak lagi mengabdi pada rakyat, tetapi pada kepentingan mereka sendiri,” jelas Anis.

Hidup Miskin...

Komentar

Terpopuler