Info Haji 2024
Penerbangan Haji Sering Terlambat, Kemenag Tegur Garuda Indonesia
Cholis Anwar
Selasa, 21 Mei 2024 09:44:00
Murianews, Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) menyoroti masalah keterlambatan penerbangan haji yang dilayani oleh Garuda Indonesia.
Juru Bicara Kemenag, Anna Hasbie mengatakan, sebanyak 47,5 persen dari total 80 penerbangan Garuda Indonesia pada pekan pertama pemberangkatan haji mengalami keterlambatan. Sehingga hal ini sangat disayangkan.
”Satu pekan pertama, persentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5 persen,” ujarnya dikutip dari Kompas.com, Selasa (21/5/2024).
Lebih lanjut, Hasbie mengungkapkan dari 80 penerbangan yang dilakukan, 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Bahkan, beberapa penerbangan mengalami keterlambatan hingga 3 jam 50 menit, dengan total keterlambatan mencapai 32 jam 24 menit.
”Kami telah memberikan teguran tertulis kepada Garuda Indonesia untuk memperbaiki kinerja ke depannya,” tambahnya.
Direktur Layanan Haji Dalam Negeri Kemenag, Saiful Mujab, juga menyoroti masalah ini. Menurutnya, keterlambatan paling lama yang dialami Garuda Indonesia mencapai 3 jam 50 menit. Bahkan, masih ada beberapa penerbangan yang diminta untuk mengubah jadwalnya oleh pihak maskapai.
”Dalam sepekan ini, ada beberapa perubahan jadwal yang terjadi, yang mengakibatkan ketidaknyamanan bagi jemaah,” ujar Saiful.
Dalam perbandingan dengan Saudia Airlines, maskapai lain yang melayani penerbangan haji, Kemenag mencatat bahwa Saudia Airlines mengalami keterlambatan sebesar 18,06 persen dari total 72 penerbangan, dengan total keterlambatan mencapai 4 jam 7 menit.
Anna Hasbie berharap agar insiden keterlambatan ini dapat diminimalisir ke depannya. Sementara itu, Saiful Mujab menekankan pentingnya maskapai penerbangan mematuhi komitmen dan kontrak kerja untuk memberangkatkan jemaah haji Indonesia sesuai jadwal yang telah disepakati.
Keterlambatan penerbangan tidak hanya berdampak pada jadwal jemaah, tetapi juga berpotensi mempengaruhi penyiapan layanan di Madinah dan Mekkah, termasuk transportasi, akomodasi, dan katering. Hal ini juga dapat meningkatkan kelelahan jemaah akibat menunggu terlalu lama di bandara.



