”Kalau wukuf di Arafah itu ibarat transit, maka di Mina inilah puncaknya. Kalau kita tidak menghemat energi, bisa bermasalah nanti saat puncak pelaksanaan (lempar jumrah),” ujar Menag dikutip dari laman resmi Kemenag, Selasa (3/6/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Menag saat meninjau langsung kesiapan tenda-tenda serta fasilitas di kawasan Mina menjelang puncak haji 2025.
Menag mengimbau jemaah untuk menghindari paparan sinar matahari langsung, terutama pada siang hari. Jemaah disarankan menggunakan payung, membasahi kepala dengan air, serta memanfaatkan waktu sore atau malam hari untuk beraktivitas di luar tenda.
”Jangan berkumpul di bawah panas yang sangat terik. Gunakan waktu dengan bijak agar tetap sehat sampai akhir ibadah,” katanya.
”Kami imbau jemaah jangan terlalu banyak keliling, jalan-jalan ke mana-mana. Fokuslah untuk menyimpan energi,” tegasnya.
Murianews, Makkah – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengingatkan jemaah haji untuk memprioritaskan pengelolaan fisik dan tenaga selama berada di Mina.
Hal ini penting agar jemaah dapat menyelesaikan seluruh rangkaian lempar jumrah, yang menjadi puncak ibadah haji.
”Kalau wukuf di Arafah itu ibarat transit, maka di Mina inilah puncaknya. Kalau kita tidak menghemat energi, bisa bermasalah nanti saat puncak pelaksanaan (lempar jumrah),” ujar Menag dikutip dari laman resmi Kemenag, Selasa (3/6/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Menag saat meninjau langsung kesiapan tenda-tenda serta fasilitas di kawasan Mina menjelang puncak haji 2025.
Menag mengimbau jemaah untuk menghindari paparan sinar matahari langsung, terutama pada siang hari. Jemaah disarankan menggunakan payung, membasahi kepala dengan air, serta memanfaatkan waktu sore atau malam hari untuk beraktivitas di luar tenda.
”Jangan berkumpul di bawah panas yang sangat terik. Gunakan waktu dengan bijak agar tetap sehat sampai akhir ibadah,” katanya.
Nasaruddin juga mengingatkan agar jemaah haji memprioritaskan ibadah wajib dan tidak menguras tenaga untuk aktivitas yang tidak esensial.
”Kami imbau jemaah jangan terlalu banyak keliling, jalan-jalan ke mana-mana. Fokuslah untuk menyimpan energi,” tegasnya.
Jarak tenda tidak jauh...
Nasaruddin Umar menjelaskan, sebagian tenda jemaah Indonesia berjarak sekitar tiga kilometer dari lokasi lontar jumrah, sementara sebagian lainnya mencapai hingga tujuh kilometer satu arah, yang berarti bisa mencapai 14 kilometer pulang-pergi.
”Kita bersyukur tahun ini lokasi tenda jemaah Indonesia relatif lebih dekat dan tidak ditempatkan di Mina Jadid,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia, kata Menag, sejak awal telah berkoordinasi dengan otoritas Arab Saudi agar jemaah mendapatkan lokasi yang sesuai dan ideal, termasuk menghindari penempatan di wilayah yang secara fikih dinilai di luar batas Mina oleh sebagian ulama.
Menag juga mengapresiasi upaya Pemerintah Arab Saudi atas perbaikan sistem manajemen crowd control yang diterapkan pada musim haji tahun ini.
”Kita bersyukur ada bangunan dan infrastruktur baru, termasuk akses tangga dan jalur evakuasi. Ini semua mendukung kelancaran dan keamanan jemaah,” pungkasnya.