Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jepara – Tren kenaikan kasus DBD di Jepara, Jawa Tengah, tampaknya belum memperlihatkan tanda-tanda akan segera melandai. Di sisi lain, kesiapan obat-obatan, terutama vaksin DBD justru tidak tersedia.

Kabid Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jepara, dr Vita Ratih Nugraheni menyatakan, jika memang diperlukan langkah vaksinasi, maka mestinya harus diambilalih oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Karena vaksin DBD saat ini belum ada di Jepara.

“Vaksin DBD di Jepara sendiri belum ada. Tidak ada. Kami tanya ke Kemenkes juga belum ada ke arah situ (vaksinasi DBD, red),” kata Ratih, Jumat (8/3/2024).

Vita menjelaskan, saat ini vaksin Demam Berdarah Dengue juga belum menjadi pilihan prioritas dalam penanganan DBD. Vaksin itu juga belum bisa dipastikan efektivitasnya. Di samping itu, mayoritas anak-anak sebagai penderita DBD juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan vaksin itu.

Selain itu, lanjut Vita, harga vaksin DBD juga relatif mahal. Informasinnya, harga vaksin DBD per dosis berkisar di angka antara Rp 600-900 ribu. Pemerintah juga mesti menggandeng pihak swasta untuk pengadaan vaksin tersebut.

“(Vaksinasi DBD, red) Ini juga butuh biaya tak sedikit. Di samping soal efektivitasnya juga perlu kita pertimbangkan,” kata Vita.

Terlepas dari vaksinasi, imbuh Vita, Kemenkes tetap mengutamakan penanganan DBD dengan cara yang sudah berjalan. Melalui gerakan 3M plus, menguras tempat penampungan air, menutup penampungan air, mengubur tempat-tempat penampung air yang tidak berfungsi. Juga mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk.

"Gerakan ini harus rutin dilakukan. Minimal rutin seminggu sekali. Baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Di tempat-tempat sempit dan tersembunyi," jelas Vita.

Hingga pekan ke 10 ini, di Jepara sudah ada 169 kasus positif DBD, 954 tersangka DBD dan 20 orang meninggal dunia. Secara umum, tingkat kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS) sudah tembus 1.143 kasus.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Terpopuler