Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jepara – Cuaca buruk yang melanda wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah termasuk Kepulauan Karimunjawa, dalam lima hari terakhir menyebabkan rute pelayaran kapal terhenti. Akibatnya, ratusan wisatawan tertahan di Karimunjawa.

Camat Karimunjawa Muadz menyebutkan, saat ini terdapat 120 wisatawan yang tertahan di Karimunjawa. Mereka sebelumnya berangkat ke Karimunjawa dengan menaiki Kapal Ekspress Bahari pada Senin (11/3/2024).

”Mestinya mereka kembali ke Jepara Rabu (13/3/2024). Tapi karena cuaca buruk, Rabu tidak ada pelayaran,” kata Muadz, Rabu (13/3/2024).

Berdasarkan surat manifes peyaran yang dikeluarkan, PT Pelayaran Sakti Inti Makmur Cabang Karimunjawa, Kapal Ekspress Bahari 8F yang mestinya berangkat dari Karimunjawa-Jepara batal berlayar. Sebagai gantinya, kapal ini dijadwalkan berlayar esok pagi pukul 07.00 WIB.

Berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tinggi gelombang laut untuk hari ini dan besok berkisar di 1,25 meter hingga 2,5 meter. Dengan kecepatan angin antara 10-25 knots.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Jepara Ony Sulistijawan mengatakan, saat ini penyeberangan Jepara-Karimunjawa atau sebaliknya hanya mengandalkan kapal Ekspress Bahari. Pasalnya, sudah sekitar sepekan ini KMP Siginjai sedang dilakukan docking.

”Kapal hanya bisa menyeberang ketika cuacanya memungkinkan. Kalau buruk, tidak boleh berlayar. Apalagi saat ini kondisi laut dan cuacanya cukup buruk. Kita tidak bisa memastikan jadwal keberangkatan kapal,” jelas Ony.

Terpisah, Ketua Paguyuban Biro Wisata Karimunjawa, Sudarmono juga menyatakan bahwa akibat cuaca buruk, ratusan wisatawan itu tak bisa kembali ke Jepara. Namun begitu, sejauh ini kondisi mereka terpantau masih aman.

Sudarmono menyampaikan, kebanyakan dari mereka datang ke Karimunjawa melalui biro wisata. Sehingga biro wisata masih menanggung wisatawan yang tertahan itu.

Selain itu, lanjut Sudarmono, sejauh ini wisatawan juga masih sanggup membayar penginapan. Sebagian wisatawan terpaksa pindah ke penginapan yang harganya lebih murah. Seperti dari hotel pindah ke homestay yang lebih murah.

”Belum ada yang melaporkan tamunya kehabisan uang dan tidak bisa bayar. Sejauh ini masih terkendali,” jelas Sudarmono.

Editor: Supriyadi

Komentar

Terpopuler