Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jepara – Rencana penambangan pasir laut atau pasir besi di perairan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah mendapatkan perlawanan. Kini, aktivis dan nelayan telah bersikap menolak rencana itu.

Sunarto, Ketua Forum Nelayan (Fornel) Jepara Utara mengatakan, pihaknya belum mendapatkan informasi banyak terkait hal itu. Kendati begitu, dia tegas akan menolak jika aktivitas penambangan itu merugikan alam dan masyarakat.

Apalagi, jika rencana pengerukan itu tidak disosialisasikan secara gamblang kepada masyarat. Maka pihaknya akan melawan.

’’Kalau itu berpotensi merusak lingkungan, maka 100 persen akan kami tolak,’’ tegas Sunarto, Sabtu (28/9/2024).

Sementara itu, Dafiq, salah satu aktivis dan tokoh pergerakan di Desa Balong, Kecamatan Kembang, mengaku sudah mendapatkan informasi tersebut. Pihaknya secara tegas menolak agenda kebijakan pemerintah yang berpotensi merusak lingkungan itu.

’’Kami warga Desa Balong, sudah sepakat menolak rencana penambangan pasir laut,’’ tegas Dafiq kepada Murianews.com.

Setelah mendapatkan informasi itu, Dafiq langsung berkoordinasi dengan masyarakat di sepanjang pesisir yang masuk dalam lokasi prioritas penambangan pasir besi itu, seperti Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo dan Bumiharjo, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara.

’’Kami mulai konsolidasi dengan masyarakat dan nelayan di pesisir. Kami juga sudah berkoordinasi dengan simpul-simpul aktivis lingkungan,’’ ujar Dafiq.

Sikap penolakan itu tidak datang dari ruang kosong, bagi Dafiq dan warga, rencana pengerukan pasir besi itu akan berdampak besar bagi kerusakan lingkungan.

Saat ini, sebagian pesisir pantai di Desa Balong sudah mengalami abrasi. Dia meyakini, jika penambangan dilakukan, maka abrasi semakin tak terkendali.

Tak hanya itu, lanjut Dafiq, pengerukan pasir laut itu juga bakal merusak terumbu karang. Akibatnya, para nelayan semakin sulit mencari ikan sebagai sumber penghidupan mereka.

Selain ancaman kerusakan lingkungan, kata Dafiq, rencana penambangan pasir laut itu juga sangat berpotensi memantik konflik horisontal. Dalam perjalannya, Dafiq memprediksi bakal muncul pro dan kontra di masyarakat. Sehingga, gesekan antar kepentingan sulit dihindari.

’’Sekarang kondisi masyarakat sudah kondusif. Ada isu penambangan itu pasti akan muncul gejolak. Konflik horisontal pasti terjadi. Justru ini yang paling kami takutkan. Apalagi ini untuk kebutuhan ekspor, pasti dampaknya lebih besar,’’ ungkap Dafiq.

Untuk itu, Dafiq memilih sikap untuk menolak. Diketahui, warga Desa Balong sudah sering dihadapkan dengan isu-isu lingkungan. Terakhir, pada 2021 lalu, warga Desa Balong menggelar demonstrasi besar menolak penambangan pasir besi di pesisir laut wilayah mereka.

’’Kami sudah bisa melawan rencana-rencana perusakan lingkungan. Yang lalu-lalu saja kami tolak, apalagi saat ini, kami pastikan menolak keras,’’ tandas Dafiq.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler