Dalam tradisi ini, miniatur kapal berisi kepala kerbau dilarung di laut lepas. Miniatur kapal itu, rupanya tak sembarangan dibuat oleh masyarakat.
Kapal dibuat oleh orang khusus, yakni Agus Mardiko (53) warga asal Ujungbatu, Kecamatan Jepara. Sudah hampir 25 tahun ia membuat miniatur kapal larungan untuk pesta lomban.
”Sudah 25 tahun, awal pembuatan di tahun 2000-an,” ucapnya (7/4/2025).
Agus bercerita, awal bisa membuat miniatur ini bermula dari permintaan langsung dari mantan Lurah Ujungbatu pada tahun 2000-an.
Saat itu, Agus sempat menolak permintaan pembuatan miniatur kapal larung. Alasannya, dia tidak memilik keahlian membuat kapal.
”Saya sendiri bingung karena dari awal tidak memiliki basis seniman, tiba tiba di panggil bapak mantan Lurah Ujungbatu disuruh untuk membuat miniatur sesaji,” ujarnya.
Namun, karena ada paksaan dari mantan Lurah Ujungbatu, Agus pun akhirnya menyetujui permintaan tersebut. Bermodalkan belajar secara otodidak, akhirnya sampai sekarang Agus dipercaya membuat kapal miniatur kapal larungan.
Murianews, Jepara – Tradisi larungan kepala kerbau kembali digelar hari ini, Senin (7/4/2025). Larungan kepala kerbau ini sudah menjadi tradisi turun temurun bagi masyarakat pesisir Jepara, Jawa Tengah.
Dalam tradisi ini, miniatur kapal berisi kepala kerbau dilarung di laut lepas. Miniatur kapal itu, rupanya tak sembarangan dibuat oleh masyarakat.
Kapal dibuat oleh orang khusus, yakni Agus Mardiko (53) warga asal Ujungbatu, Kecamatan Jepara. Sudah hampir 25 tahun ia membuat miniatur kapal larungan untuk pesta lomban.
”Sudah 25 tahun, awal pembuatan di tahun 2000-an,” ucapnya (7/4/2025).
Agus bercerita, awal bisa membuat miniatur ini bermula dari permintaan langsung dari mantan Lurah Ujungbatu pada tahun 2000-an.
Saat itu, Agus sempat menolak permintaan pembuatan miniatur kapal larung. Alasannya, dia tidak memilik keahlian membuat kapal.
”Saya sendiri bingung karena dari awal tidak memiliki basis seniman, tiba tiba di panggil bapak mantan Lurah Ujungbatu disuruh untuk membuat miniatur sesaji,” ujarnya.
Namun, karena ada paksaan dari mantan Lurah Ujungbatu, Agus pun akhirnya menyetujui permintaan tersebut. Bermodalkan belajar secara otodidak, akhirnya sampai sekarang Agus dipercaya membuat kapal miniatur kapal larungan.
Dua Mingguan...
”Pada saat itu sempat menolak karena saya merasa tidak mampu, tapi dari beliau tetap bersikukuh menunjuk saya yang membuat replika sampai sekarang," imbuhnya.
Pria yang juga seorang nelayan ini merasa cukup bangga karena bisa dipercaya dan membuat miniatur kapal larungan untuk pesta lomban.
Soalnya, Menurut Agus, pesta lomban ini hadir sebagai wujud syukur masyarakat pesisir Jepara atas rejeki yang diberi melalui hasil laut. Di samping itu, juga sebagai upaya nguri-nguri atau melestarikan budaya.
”Saya merasa bangga, pertama sejarah larung di Ujungbatu. Rasa memiliki sangat kuat,” katanya.
Untuk pembuatan kapal miniatur larungan tahun ini, Agus hanya membutuhkan waktu sekitar dua mingguan.
Editor: Dani Agus