Salah satu tempat pelatihan barista di Kota Ukir ada di My Chang Coffe di Jalan Mangunsarkoro, Kelurahan Panggang, Kecamatan Jepara. Coffee shop itu dimiliki Fahrudin (45) yang akrab disapa Pak Chang.
Dengan penuh kesadaran, dia berbagi ilmu kepada siapapun yang ingin belajar mengenal kopi dan menjadi barista. Bahkan dia membuat kelas secara gratis.
”Dulu saya belajar tentang kopi dari Almarhum Mas Bagus, di Java Legend Pati. Saya diajari gratis,” ujar Pak Chang.
Oleh karena itu, Pak Chang merasa punya tanggung jawab moral untuk menularkan ilmunya secara gratis. Terutama bagi siswa sekolah tingkat menengah.
Anak-anak SMK itu belajar langsung di rumah Pak Chang, yang kebetulan satu lokasi dengan tempat usahanya. Mereka diajari dari nol. Mulai dari mengenali jenis-jenis kopi, memilah, meroasting hingga menyuguhkan kopi kepada pelanggan.
”Rata-rata anak SMK yang PKL (Praktik Kerja Lapangan). Sementara ini bekerja sama dengan sekolah SMK. Sedangkan untuk masyarakat umum, konsepnya masih kursus. Karena tempat saya kecil,” ucapnya.
Murianews, Jepara – Dunia perkopian di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) terus berkembang. Hal itu menjadi peluang tersendiri bagi anak-anak muda yang ingin menjadi barista.
Salah satu tempat pelatihan barista di Kota Ukir ada di My Chang Coffe di Jalan Mangunsarkoro, Kelurahan Panggang, Kecamatan Jepara. Coffee shop itu dimiliki Fahrudin (45) yang akrab disapa Pak Chang.
Dengan penuh kesadaran, dia berbagi ilmu kepada siapapun yang ingin belajar mengenal kopi dan menjadi barista. Bahkan dia membuat kelas secara gratis.
”Dulu saya belajar tentang kopi dari Almarhum Mas Bagus, di Java Legend Pati. Saya diajari gratis,” ujar Pak Chang.
Oleh karena itu, Pak Chang merasa punya tanggung jawab moral untuk menularkan ilmunya secara gratis. Terutama bagi siswa sekolah tingkat menengah.
Sudah dua tahun berjalan, ia membuka kelas roaster dan barista untuk siswa SMK secara gratis. Kini sudah ada empat generasi yang telah diajarinya.
Anak-anak SMK itu belajar langsung di rumah Pak Chang, yang kebetulan satu lokasi dengan tempat usahanya. Mereka diajari dari nol. Mulai dari mengenali jenis-jenis kopi, memilah, meroasting hingga menyuguhkan kopi kepada pelanggan.
”Rata-rata anak SMK yang PKL (Praktik Kerja Lapangan). Sementara ini bekerja sama dengan sekolah SMK. Sedangkan untuk masyarakat umum, konsepnya masih kursus. Karena tempat saya kecil,” ucapnya.
Bisa Mandiri...
Melalui gerakan itu, Pak Chang ingin agar anak-anak sekolah punya keahlian dan menjadi mandiri. Di sisi lain, dia juga menancapkan pegetahuan-pengetahuan tentang kopi khas Jepara.
“Saya akan senang sekali kalau nanti setelah lulus sekolah mereka membuka coffee shop sendiri. Tentu dengan tidak meninggalkan kopi khas Jepara. Mereka juga mesti ikut memajukan dunia kopi lokal Jepara,” harap Pak Chang.
Saat ini, terdapat tiga siswa SMKN 1 Batealit yang belajar jadi barista di rumah Pak Chang. Mereka adalah Ahmad Fico Alfarizi (16), Rafid Ardian Saputra (16), dan Gilang (16). Ini merupakan bulan kelima bagi mereka belajar mengenal kopi.
Mereka mengaku sangat senang dengan aktivitas itu. Sebab Pak Chang mencurahkan ilmu-ilmunya secara gratis. Dari mulai memasak, mengetahui karakter kopi, cara membuat hingga menyuguhkan kepada penikmat.
”Senang bisa belajar disini selama lima bulan, bisa tahu kopi yang enak sama tidak dan tahu cara membuat kopi dari awal,” ucap Fico.
Setelah mendapatkan ilmu, mereka tertarik untuk lebih mendalami dunia kopi. Mereka juga tertarik untuk mengembangkan potensi kopi lokal Jepara.
”Awalnya malah jarang minum kopi. Tapi setelah belajar, jadi tahu nikmatnya, prosesnya. Semoga bisa terus belajar tentang kopi meskipun nanti sudah tidak di sini,” ungkapnya.
Editor: Dani Agus