Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Pertanian di Kabupaten Kudus diprediksi masih dalam kondisi aman. Persediaan pupuk yang sempat sulit kini sudah lancar. Namun ada keluhan baru dari masyarakat petani Kudus.

Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Nur Aswan, seorang petani dari Desa Mlati Norowito, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Saat ini menurutnya tidak ada kesulitan dalam mencari pupuk.

”Kali ini aman, persediaan pupuk lancar tidak sulit seperti pada masa tanam sebelumnya, tapi tetap ada telat sehari dua hari itu masih wajar,” katanya saat ditemui Murianews.com, Senin (3/6/2024).

Ia mengungkapkan saat ini ada penambahan dosis pupuk. Penambahan tersebut sebesar dua kali lipat dari kebutuhan biasanya.

”Saat ini ada penambahan dosis, misal kebutuhan satu kuintal bisa jadi dua kuintal. Pupuk tersebut dialokasikan untuk setahun masa panen,” terangnya.

Nur Aswan menyebutkan harga pupuk relatif standar. Satu kuintal pupuk dibandrol dengan harga Rp 230 ribu.

”Harga satu kuintal Rp 230 ribu. Setiap pembelian pupuk harus ada pupuk wajibnya. Misal setiap satu karung pupuk harus ditambah 10 Kilogram pupuk lain,” ujarnya.

Petani di Kudus bisa melakukan masa tanam tiga kali dalam setahun. Tanaman pada masa tanam pertama dan kedua adalah padi sedangkan yang ketiga adalah palawija.

”Masa tanam di Kudus tiga kali, pertama dan kedua adalah padi dan yang ketiga adalah palawija. Kalau di Mlatinorowito palawijanya adalah jagung,” terangnya.

Nur Aswan juga menuturkan biasanya ada bantuan benih bagi para petani. Tahun lalu diberikan bantuan sebanyak 350 Kilogram. Biasanya juga dapat bantuan benih padi, tapi lima tahun belakangan sudah tidak dapat lagi.

Melihat situasinya, Nur Aswan cukup yakin pertanian saat ini bisa berjalan maksimal. Hama juga tidak terlalu meresahkan sehingga harapan bisa panen maksimal masih bisa ditunggu.

Satu hal yang saat ini cukup membuatnya khawatir adalah masalah lahan pertanian yang kian menyempit. Baginya penyempitan lahan sangat mempengaruhi hasil panen.

”Dulu kawasan disebrang jalan adalah lahan pertanian, tapi sekarang sudah
berubah jadi bangunan,” ungkapnya.

Ia mngutarakan penyempitan lahan menyebabkan berkurangnya hasil panen. Maka dari itu, program impor beras menjadi kewajaran untuk dilakukan.

”Saya kira hasil panen sudah tidak mencukupi dengan bertambah banyaknya penduduk dan menyempitnya lahan pertanian makanya harus impor, kami sebagai petani tidak masalah asal berimbang, baik jumlah maupun harganya,” terangnya.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler